Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hidup Akan Jauh Lebih Indah dengan Menjadi Diri Sendiri

8 Mei 2019   21:45 Diperbarui: 8 Mei 2019   22:17 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah Anda membaca cerita tentang ayah-anak dan keledainya? Mungkin sebagian sudah membaca atau mendengar cerita itu, mungkin juga ada yang belum. Baiklah, saya akan suguhkan kembali cerita itu sudah lama itu dengan gaya 'saya' tanpa mengurangi maknanya. Yuk kita mulai.

Kisah Keledai dan Tuannya

Dikisahkan, seorang ayah menuntun seekor keledai ke tempat penjualan. Sang anak duduk di punggung keledai tersebut dengan santainya. Lalu, seorang guru yang kebetulan melintas di depan mereka menegur si anak. "Dasar anak nggak punya rasa hormat pada orangtua, masa orangtua yang sudah ringkih seperti itu dibiarkan berjalan, sementara kamu enak-enak duduk di atas punggung keledai," begitu hardik guru tersebut.

Mendengar hardikan itu, mereka berdua sepakat naik dan duduk di punggung keledai. Sang keledai pun berjalan perlahan-lahan karena beban yang dipikulnya bertambah berat. Tak lama kemudian, mereka berpapasan dengan seorang pemuda. Pemuda itu berkata, "Kalian berdua ini memang tak punya perasaan, tidak punya perikebinatangan! Keledai ini kan sudah tua, kok tega-teganya kalian membebaninya! Pantas saja jalan keledai jadi terseok-seok."

Mendengar hal itu, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengikat kaki keledainya. Kedua kaki depan diikat menjadi satu, kedua kaki belakang juga diikat menjadi satu. Mereka menggunakan sebatang bambu yang dimasukkan ke sela kedua pasang kaki keledai itu, dan memikulnya bersama-sama menuju pasar.

Sang ayah berpikir, sekarang pasti tak ada lagi orang yang mengkritik. Sudah aman! Belum selesai lintasan pikiran itu di benaknya, tiba-tiba mereka bertemu Pak Lurah. Apa kata Pak Lurah? "Kalian ini bodoh atau gimana sih? Mengapa keledai digotong kayak gini? Mengapa tidak dibiarkan berjalan sendiri? Memangnya keledaimu kakinya patah?" Pak Lurah membombandir mereka dengan sejumlah pertanyaan. Sang ayah tergagap tak bisa menjawab dan merasa serba salah.

Miliki Prinsip Hidup

Itu adalah cerita yang mengingatkan kita pada orang yang tidak memiliki pendirian dan hanya mendengar apa kata orang. Orang yang tidak punya prinsip hidup dan pendapat sendiri, dan selalu bertumpu pada pendapat atau kehendak orang lain. Selalu manut tanpa reserve. Hidup orang semacam ini hanya akan membawanya pada kebingungan dan kebimbangan. Tidak bisa mengambil keputusan. Selalu khawatir kalau-kalau  dikatakan jelek, salah, aneh, oleh orang lain.

Kehidupan itu milik orang per orang. Setiap orang berhak menentukan arah dan tujuan hidupnya. Berhak menentukan bagaimana dia akan menjalaninya tanpa harus menjadi egois dan bebal. Oleh karena itu, ia haruslah memiliki prinsip dalam hidupnya sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat orang lain.

Temukan dan Jalani Passion Anda

Baik sekali jika setiap orang bisa menemukan passion-nya : minat atau bakat terbesarnya. Di jalan itulah seyogianya dia melangkah. Di jalan passion, kendatipun harus tetap berjuang keras dan cerdas, tetapi kegembiraan dan kebahagian dalam perjalanan lebih bisa dan lebih mungkin dinikmati oleh si empunya. Maka, yang terbaik adalah melangkah sejalan dengan minat terbesar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun