Mohon tunggu...
Dyah Woro Untari
Dyah Woro Untari Mohon Tunggu... Dosen - Dyah Woro Untari

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Pendidikan Terpaksa Online

26 Maret 2020   17:14 Diperbarui: 26 Maret 2020   17:16 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memulai hari dengan sekolah online (dokpri)

Akan tetapi fenomena ini tidak bisa serta merta disamakan dengan keadaan ketika bencana alam misalnya. Dimana terdapat kemungkinan gangguan atau pemadaman jaringan listrik dan ketiadaan akses internet. Demikian pula halnya seperti kondisi yang dialami daerah tanpa jaringan infrastruktur yang memadai karena memang belum tersedia.

Selama fasilitas tersedia, mahasiswa tidak kesulitan mengikuti e-learning (ulearning.com)
Selama fasilitas tersedia, mahasiswa tidak kesulitan mengikuti e-learning (ulearning.com)

Transformasi mendadak ke online

Berdasarkan data UNESCO, saat ini 160 negara di dunia terpaksa untuk menutup sekolah secara nasional maupun lokal demi mencegah wabah ini menyerang lebih banyak orang. Angka ini kemungkinan masih berkembang jika melihat kecenderungan wabah virus yang belum menurun angkanya.

Pada minggu kedua Maret 2020, penulis mengamati telah terjadi perubahan yang sangat cepat di institusi pendidikan menyikapi keputusan dari pemerintah terkait virus corona.

Setidaknya di Indonesia dan Belanda mengalaminya pada periode waktu yang sama, dengan catatan, hasil laporan kasus terdampak virus Covid-19 di Indonesia pada saat artikel ini ditulis adalah 893 orang (kompas.com). Jumlah penderita jauh lebih banyak di Belanda, yakni 6.412 orang (rivm.nl).

Pendidikan jarak jauh (distance learning) menjadi solusi ketika peraturan jarak sosial untuk berhubungan diberlakukan. Tentunya seperti yang banyak diduga masyarakat, sistem ini tidak sepenuhnya efektif. Kepemilikan dawai elektronik dan sambungan internet adalah masalah utama. Jika di negara maju, sekolah atau universitas memiliki kesempatan untuk bisa membantu akses ini dengan cara meminjamkannya kepada peserta didik, di Indonesia, keadaannya lebih rumit karena keterbatasan prasarana dan kuota internet.

Hal lain adalah kemandirian dan kesadaran mahasiswa untuk bertransformasi mengikuti kegiatan akademik secara daring. Walaupun mungkin ini bukan hal yang baru lagi bagi para pengajar maupun mahasiswa yang pernah mengikuti MOOC (Massive Open Online Courses).  Hanya saja, tidak setiap mata kuliah dipersiapkan untuk metode ini. Para guru dan dosen bekerja keras mengawal keberlangsungan pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri dengan berbagai jenis media pembelajaran misalnya google classroom maupun dengan media pembelajaran online milik sekolah atau universitas di negara masing-masing.

Mandiri dalam belajar (dokpri)
Mandiri dalam belajar (dokpri)

Konsekuensi pembelajaran daring

Di sisi lain, untuk siswa sekolah kesadaran untuk belajar memerlukan dukungan orang tua. Sedangkan tidak setiap orang tua memiliki latar belakang sumberdaya manusia dan prasarana yang medukung. Terdapat pula kemungkinan anak tidak mendapatkan kesempatan pendampingan sehingga akan mengalami tekanan materi pelajaran ataupun sosial dari teman sebayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun