Mohon tunggu...
Zaini K. Saragih
Zaini K. Saragih Mohon Tunggu... Dokter - dr. Zaini K. Saragih Sp.KO

Dokter spesialis olahraga, praktek di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mantan dokter timnas dan komite medis PSSI. Saat ini sebagai chairman Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) dan Indonesia representative board SEARADO (South East Asian Ragional Anti Doping Organization)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mencegah Kematian Mendadak saat Olahraga

18 Oktober 2017   22:46 Diperbarui: 19 Oktober 2017   12:09 2739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepak bola adalah salah satu olahraga dengan risiko cedera yang cukup tinggi, sebagai cabang olahraga kontak hampir dapat dipastikan selalu ada cedera dalam setiap sesi pertandingan atau latihan. Cedera tersebut tentunya bergradasi, dari cedera ringan sampai berat bahkan mungkin fatal (menyebabkan kematian).

Sampai saat ini belum diketahui berapa besar risiko kematian pada cabang olahraga sepak bola, penelitian yang dilakukan pada berbagai negara menunjukkan angka yang berbeda-beda. Dari mulai 1:200.000 hingga 1:50.000. Salah satu penelitian di Amerika menyebutkan bahwa kejadian kematian dalam pertandingan atau latihan lebih banyak pada pria (89%) dibanding wanita (11%). Jika dilihat cabang olahraganya, walaupun bukan olahraga yang paling banyak ditemukan kasus kematian namun masih termasuk dalam 5 besar seperti daftar berikut:

  • Football (Amerika) 34%
  • Basket 20%
  • Baseball 7%
  • Cross country / tracking 7%
  • Sepakbola 6%
  • Olahraga motor 5%
  • Gulat 4%

Perbedaan pola dari berbagai negara disebabkan oleh:

  • Tingkat kompetisi
  • Sarana dan pra-sarana kesehatan
  • SDM
  • Kebijakan pemerintah

Dalam kedokteran olahraga, cedera dibagi menjadi 2 kelompok:

  • Kontak (trauma); ada kontak (benturan) antara pemain dengan; pemain lain, bola, tiang gawang dll.
  • Non kontak (non trauma); tidak ada benturan sebelum cedera terjadi.

Peristiwa sebelum timbulnya cedera sangat penting untuk diketahui, ini dikenal sebagai mekanisme cedera. Sayangnya dengan jumlah pemain yang banyak (22 orang), kecepatan gerak yang tinggi, sering terjadi mekanisme cedera ini tidak diketahui dengan pasti. Jika pertandingan tersebut diliput oleh media, rekaman ulang akan sangat membantu. Dengan mengetahui mekanisme cedera, tindakan terhadap pemain dapat dilakukan dengan lebih akurat.

Secara umum kejadian fatal di lapangan dapat dikelompokkan dalam:

  1. 50% kasus adalah akibat sistem kardiovaskuler/jantung (non trauma) (80%nya adalah karena kelainan bawaan)
  2. 25% kasus adalah akibat trauma (cedera kepala, dada, perut dan tulang punggung)
  3. 25% kasus adalah campuran (tersambar petir, infeksi dan lain-lain)

Pada kasus pertama, sejak masalah mulai dirasakan sampai fatal terjadi dalam hitungan menit. Fokus penanganan adalah bagaimana mengusahakan agar sistem jantung dan paru (pernapasan) atlet tetap berfungsi sambil memindahkannya ke RS yang mampu merawat. Mengusahakan sistem jantung dan paru tetap berfungsi dilakukan secara manual atau dengan alat bantu (seperti pembuka jalan napas, oksigen, AED dll). RS yang dirujuk juga tidak sembarang RS, tapi harus mampu menangani kasus jantung. Masalah yang sering terjadi: SDM yang tidak terampil, peralatan tidak memadai, ambulan tidak standar, alur kerja tidak ada, dan RS rujukan tidak siap.

Pada kasus kedua, fokus penanganan adalah pada stabilisasi atlet sambil mengupayakan transfer ke RS. Kesalahan yang sering terjadi adalah pada proses evakuasi yang tidak adekuat, baik akibat kesalahan manusia maupun ketiadaan alat bantu.

Pada kasus ketiga, fokus penanganan tergantung pada kondisi yang terjadi di lapangan. Terkadang diutamakan penanganan di tempat, namun lain kasus prioritas pada rujukan RS.

Tapi, pada kasus mana pun, penanganannya membutuhkan sistem manajemen medis yang baik, bukan sekedar menyediakan ambulan!Sistem manajemen medis secara sederhana terdiri atas:

  • SDM yang terampil dan mampu (akreditasi ACLS, ATLS)
  • Sarana prasarana yang cukup (ambulan yang lengkap dengan unit defibrilasi)
  • Sistem rujukan RS yang adekuat
  • Alur kerja
  • Sistem pelaporan

Masalahnya, apakah operator liga kita sudah melakukan audit sistem ini?

Sebagai induk organisasi, FIFA, berusaha keras agar sepakbola dapat dipertandingkan dengan aman. Upaya itu dilakukan dengan:

  • Membuat atau memodifikasi peraturan pertandingan, seperti larangan menendang saat keeper memegang bola, larangan men-tackle dari belakang, pemeriksaan medis setiap awal kompetisi dan lain2
  • Memberikan pelatihan dan pertemuan ilmiah secara berkala
  • Melakukan pencatatan rutin

Bagaimana dengan PSSI? Berdasarkan pengalaman penulis, PSSI secara berkala melakukan update dan refreshing ilmu bagi para dokter klub, sayangnya ini baru dilakukan pada klub level satu saja dan tidak setiap tahun.

Satu yang luput dari perhatian adalah pelatihan dokter yang akan menangani masalah medis saat pertandingan, karena:

  • Dokter tim adalah dokter yang melekat di tim bukan dokter stadion (lapangan pertandingan), saat pertandingan dokter tim hanya fokus pada tim nya saja.
  • Situasi dan kondisi saat pertandingan berlangsung bersifat penuh tekanan (stressor tinggi)
  • Selain menangani atlet yang bertanding, tim medis event juga harus meng-cover masalah medis yang timbul pada penonton.

Jadi ada dua peran profesi medis dalam kompetisi sepakbola, pertama sebagai dokter tim dan kedua sebagai dokter pertandingan.

Dari musibah Choirul Huda:

  • Penyebab kematian hanya dapat ditemukan dengan otopsi, ada banyak kemungkinan yang menjadi penyebab kematian beliau, hentikan membahas kasus ini dengan diagnosa "asalan", apalagi itu dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kompetensi.
  • PSSI segera melakukan investigasi dan mengeluarkan pernyataan terkait masalah ini.
  • Pemain (asosiasi pemain) menjadikan ini sebagai pelajaran yang sangat penting, mencari masalahnya dan solusi jika ada yang bisa dilakukan untuk mencegah hal seperti ini terjadi.

Sepakbola merupakan salah satu olahraga dengan risiko tinggi, namun risiko tersebut dapat dikurangi dengan melakukan manajemen yang baik. Dan manajemen itu ada ditangan PSSI, sebagai otoritas sepakbola di Indonesia.

Semoga almarhum husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan sabar dan ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun