[caption id="attachment_214711" align="aligncenter" width="655" caption="Cagar Budaya Gapura Bajangratu. Foto milik Kusmanto"][/caption] Di pulau Jawa masih dilestarikan  kejayaan budaya Majapahit dalam bentuk Gapura. Hampir disemua bangunan pemda dan fasilitas umum mengunakan ciri ciri gapura seperti ini.
Bulan lalu saya dari wisata Bromo-Semeru, disekitar ini masih sangat kental sekali dengan budaya kerajaan Majapahit. Setelah saya pulang dari Danau Ranu Kumbolo, saya langsung melanjutkan wisata ke lokasi air terjun Madakaripura (kab. Probolinggo), yang konon diberitakan sebagai tempat semedinya Patih Gajah Mada. Keterkaguman saya terdapat sejarah kerajaan Majapahit, membuat saya melanjutkan mengunjungi beberapa situs sejarahnya di Mojokerto di desa Trowulan.
[caption id="attachment_214740" align="aligncenter" width="583" caption="Pemandangan lautan pasir Bromo. Foto milik Kusmanto"]
Raden Patah juga mempunyai nama Tionghoa yang bernama Jin Bun, tetapi tidak memiliki nama marga. Tidak memiliki nama marga Tionghoa, karena mempunyai ibu dari  keturunan China. Sedangkan nama Jin Bun mempunyai arti orang kuat. Dan arti Patah (Fatah)  dalam bahasa Arab artinya kemenangan.
Demi menyelamatkan perperangan antar saudara di pulau Jawa, Raja Majapahit lebih condong menyerahkan kekuasaan kepada Putranya. Padahal kita paham bahwa area kekuasaan jaman Majapahit demikian luas sampai ke negeri China.
Transisi antara budaya Hindu-Buddha di Jaman Majapahit menjadi budaya Islam, dipimpin langsung oleh Raden Patah. Kemudian dari keturunan Raden Patah, Raja Demak, Â telah melahirkan pemimpin nusantara yang luar biasa hebatnya.
Dengan mundurnya Raja Majapahit menuju daerah Banyuwangi, menyebabkan ikut sertanya pujangga maupun para ahli nya menyebrang ke Pulau Bali. Dan sebagian yang masih dalam perjalanan masih bisa ditemukan di daerah pengunungan sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Suku ini ditemukan oleh sensus jaman orba dan mereka mempunyai kebudayaan dan hari besar bersama yang disebut Hari Raya Karo. Hari besar Karo adalah hari yang dirayakan oleh semua umat agama penduduk Tengger. Â Dan saya yakin mereka adalah silsilah dari keturunan rakyat atau prajurit kerajaan Majapahit. [caption id="attachment_214719" align="aligncenter" width="640" caption="Soe Herry, putra asli dari Tengger. Bersama Herry atau ayahnya beliau, saya bisa menjelajah pelosok Taman Wisata Bromo Tengger Semeru. Difoto oleh Kusmanto"]
Saat saya tiba di desa Trowulan, pertama tama saya tiba di kolam Segaran. Sungguh luas sekali dan saat saya harus jalan berfoto saja, membuat letih untuk mengelilingi kolam ini. Seorang wanita muda penduduk setempat menceritakan fungsi kolam Segaran. Katanya sebagai tempat cuci piring yang dikemas secara politis bahwa Majapahit sangat berkuasa. Tiap ada pesta kerajaan, maka cuci alat alat makannya, cuma perlu di lempar saja kedalam kolam itu. hehehe… begitu kayanya…. Sekali pakai …. Langsung buang ke kolam… Tetapi katanya… ada jaring dibawahnya dan nantinya, alat makan itu diangkat lagi dan digunakan lagi. Konon diceritakan juga, bahwa air ini tidak pernah kering. Apakah cerita ini benar atau tidak….. saya bukan ahli sejarah.
[caption id="attachment_214721" align="aligncenter" width="655" caption="Kolam Segaran. Foto milik Kusmanto"]
Wanita muda itu juga menjelaskan bahwa ada makam Raja Brawijaya terakhir bersama istrinya (Putri Campa). Saat kami berjalan kaki karena jaraknya sangat dekat, maka benar ada lokasi makam. Saya dijelaskan oleh juru kunci makam bahwa ada makam di pendopo utama, yaitu makam Brawijaya serta putri Campa. Yang paling dekat dengan makam adalah juru masak nya. Kemudian disekitarnya ada makam menteri keuangan, pujangga pembuat keris. Dan sahabat lainnya. Juga ada dua makam ajudan setia Brawijaya saat berkuasa. [caption id="attachment_214726" align="aligncenter" width="655" caption="Ornamen yang sangat indah disekitar bagunan tembok makan Brawijaya dan Putri Campa. Kesan dibuat dari campuran budaya Jawa dan budaya China. Foto milik Kusmanto"]
[caption id="attachment_214739" align="aligncenter" width="615" caption="Ornamen yang bagus, saya temui di pintu makam Ahli Pembuat Keris. Foto milik Kusmanto"]
Disisi makam Brawijaya dan Putri Campa, saya dijelaskan sekitar 1 jam oleh juru kunci yang sudah turun menurun beberapa generasi menjaga makam itu. Sayangnya bapak tersebut sudah tidak bisa melihat tetapi masih sangat ingat sejarah maupun nama nama pejabat maupun pendonor makam. Sekilas dijelaskan pula bahwa Vihara yang sangat besar di Kota Tuban, konon pembangunananya diperintahkan oleh Putri Campa. Demikianlah sekilas sejarah yang diceritakan oleh bapak juru kunci, Paujan.
[caption id="attachment_214737" align="aligncenter" width="655" caption="Menurut juru kunci makam Brawijaya, bahwa perintah pembuatan Vihara sangat besat di Tuban, dititahkan langsung  oleh Putri Campa. Foto milik Kusmanto"]
Kemudian saya menuju Candi Tikus. Disana saya ketemu beberapa bus dari Bali yang sedang ziarah ke candi Tikus. Konon lokasi ini tempat mandi yang tertutup tanah. Saat ditemukan telah menjadi sarang tikus. Sekarang sudah indah kembali tetapi namanya tetap menjadi Candi Tikus.
[caption id="attachment_214725" align="aligncenter" width="655" caption="Candi Tikus. Foto milik Kusmanto"]
Sesuai judul artikel ini, ada yang saya sangat tertarik. Yaitu masih berlangsungnya budaya kerajaan Majapahit yang dilestarikan oleh masyarakat saat ini. Bila kita perhatikan bentuk garupa yang ada di bangunan Pemda atau bangunan kepentingan masyarakat, biasanya bentuk gapuranya masih kental sekali dengan bentuk candi Gapura Bajangratu.
[caption id="attachment_214738" align="aligncenter" width="655" caption="Bentuk Gapura sekolah di Kota Banyumas yang saya foto beberapa minggu yang lalu. Bentuk kuncupnya adalah ciri khas candi Bajangratu. Demikian juga sering kali gapura berbentuk simetris yang dibelahnya candi Bajangratu."]