Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas: Sebuah "Hardikan" untuk Diri

2 Mei 2024   01:30 Diperbarui: 2 Mei 2024   05:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Hardiknas 2024 - https://nasional.kompas.com/

Hari Buruh Internasional yang berurutan dengan Hari Pendidikan Nasional seakan menyiratkan sebuah pesan reflektif. Hari pertama pada bulan Mei ini umum disebut juga May Day - yang uniknya bila ditulis menyatu "Mayday" mengandung arti 'tolong atau selamatkan aku'. Kata mayday yang setara dengan kode SOS berasal dari kata M'aidez yang dalam bahasa Prancis berarti 'tolong aku'.

Hari ini, Kamis, 2 Mei 2024 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional yang lazim diakronimkan Hardiknas. Sebuah peringatan yang hanya bisa dikalahkan oleh Hari Kebangkitan Nasional atau Hari Kemerdekaan kita. Bahkan, hakikatnya pendidikan adalah ruh dari kedua momentum bersejarah tersebut. Pendidikanlah yang memantikkan api kebangkitan nasional yang kemudian mengobarkan semangat kemerdekaan. Ironisnya dalam beragam platform media sosial dan juga dalam keseharian kita, pendidikan seringkali dibincang dengan nada pesimis atau bahkan secara sarkastik dianggap masih jauh panggang daripada api dalam perannya mencerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa secara lugas mengatakan bahwa dunia pendidikan kita statusnya mayday.

Kurikulum Merdeka yang secara menyeluruh akan diberlakukan mulai tahun pelajaran baru 2024/2025 masih banyak diragukan daya ungkitnya. Dari mulai yang murni meniliknya secara teknis akademis hingga politis. Dalam kacamata demokrasi tentu ini lumrah bahkan diperlukan. Namun, yang tidak mudah untuk dipastikan adalah motif asli dari semua pihak yang terlibat dalam keriuhan. 

Bulls on Parade   

Dunia kini dipenuhi kemarahan. Hal sekecil apapun dapat dengan mudah memantik kemarahan. Moshe Ratson, seorang psikoterapis asal Amerika Serikat menyebutkan bahwa underneath anger, there is often fear - di balik kemarahan seringkali yang ada adalah ketakutan. Dalam perspektif Ratson, kita tengah hidup dalam era ketakutan global. 

Melihat dunia persekolahan sebagai lembaga pendidikan yang kini bertekuk lutut saat berhadapan dengan tsunami nilai dan isme yang menghantam bersamaan dengan membuncahnya informasi tanpa kendali, ketakutan masif inilah yang kemudian mengemukan dalam ungkapan marah. Kita terbiasa menyangkal untuk mengakui kesalahan karena takut kehilangan harga diri melampiaskannya dalam bentuk kemarahan kepada pihak lain, baik personal ataupun institusional. Kementerian pendidikan jadi bulan-bulanan. Demikian pula halnya dengan lembaga pendidikan beserta guru sebagai pelaksana teknisnya. Benang pendidikan pun menjadi kusut. Perlu kesadaran, kesabaran dan keberaniannya untuk mengurai dan menenunnya menjadi sulaman pendidikan yang ideal.

Pergantian kurikulum bukanlah hal yang tercela, bahkan niscaya. Hanya saja, setelah pada tataran idea-nya benar maka proses dan tahapan dalam pergantian kurikulum pun harus benar. Pandangan skeptis diperlukan untuk menjaga kompas keajegan nalar tetap terjaga. Ketakutan adalah fitrah dalam kehidupan. Ketakutan yang tepat takaran justru melahirkan esensi dari pertahanan diri yang terbaik. Menolak atau berpura-pura tidak takutlah yang justru melahirkan sikap pengecut yang kemudian melampiaskannya dalam bentuk kemarahan. Para perancang kurikulum kita haruslah para pemberani sejati. Hal yang sama berlaku bagi para pengkritik dan peninjaunya. Hanya gagasan dan langkah yang benar yang akan menghasilkan rancangan pendidikan yang sahih. Tidak ada cara lain. Kurikulum pendidikan idealnya lahir dari proses yang penuh keberanian seperti itu.   

Tiba-tiba teringat frasa bulls on parade yang juga merupakan judul lagu dari band Rage Against the Machine (RATM).  Frasa ini, menurut Catherine Walthall dalam Behind the Meaning of the Politically-Charged “Bulls On Parade” by Rage Against The Machine, termasuk dalam outro lagu dan kemungkinan besar merujuk pada fenomena bull market yang dalam istilah dunia saham biasa disebut juga bullish. Sebuah fenomena dalam dunia pasar saham saat mengalami kenaikan harga saham yang biasanya mendorong peningkatan pembelian. Jadi, dengan mengasosiasikan pemerintah AS dengan bullish, RATM menyiratkan bahwa pemerintah sedang melakukan aksi beli. Selain itu, hewan ini (bull, banteng) dikenal karena sifatnya yang agresif dan masih digunakan dalam acara adu banteng di Spanyol.

Namun, nampaknya frasa bulls on parade lebih ditujukan kepada pengeluaran militer Amerika Serikat. RATM menyesalkan, memprotes, dan marah terhadap apa yang dianggap oleh para anggota band sebagai jumlah uang yang sangat besar untuk dihabiskan hanya untuk keperluan militer. Lagu yang berdurasi kurang dari empat menit dan memiliki dua bait tajam yang sarat dengan kiasan ini, menurut Tom Morello sang gitaris, merupakan "sebuah lagu yang sangat keras" yang terdengar "seperti dunia akan meledak". Sebuah lagu berisi kemarahan yang dikemas dengan nada marah oleh sebuah band yang marah kepada mesin kapitalisme, Rage Against the Machine.

Kembali kepada masalah pendidikan, bila penggunaan alokasi anggaran pendidikan tidak tepat sasaran maka hal ini pun akan mengundang ketakutan atau setidaknya kekhawatiran - yang pada gilirannya akan melahirkan kemarahan. Terlebih, beberapa pihak memandang sistem pendidikan kita yang cenderung masinal dan terjangkiti kapitalisasi maka bersiaplah untuk berhadapan dengan "Rage Against the Machine". Kali ini bukan lagi grup band yang unjuk suara melainkan sejumlah besar massa dengan rangkaian unjuk rasa. Terlalu mengambil risiko untuk membiarkan dunia pendidikan dalam keadaan mayday.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun