Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menguak Misteri Makam Warna Warni di Merauke

4 Desember 2019   18:06 Diperbarui: 4 Desember 2019   18:07 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lama tak menginjakkan kaki lagi di Indonesia Timur, kali ini saya berkesempatan kembali ke ujung timur selatan Papua. Masih ingat lagu Dari Sabang Sampai Merauke? Itulah tujuan saya kali ini, menapaki jejak langkah menjelang penghujung akhir tahun ini. 

Seperti biasa, saya selalu berusaha menemukan tempat-tempat unik saat bertugas luar kota apalagi menyeberang pulau.

"Mau tempat antik di sini pak?" supir yang mengantar memancing rasa penasaran saya.

"Apa tuh?"

"Belum pernah lihat kan ada makam warna warni?"

"Setahu saya sih kampung warna warni, kalau makam ya jelas belum pak."


Melihat saya penasaran, supir langsung tancap gas menuju lokasi. Kebetulah tempatnya tepat berada di depan kantor yang akan saya kunjungi, jadi tak perlu repot-repot menyiapkan waktu khusus.

Omen Garden (Dokpri)
Omen Garden (Dokpri)
Setelah mobil diparkir di halaman kantor, saya bergegas menuju makam warna warni yang letaknya persis berada di seberangnya. Kebetulan para penghuni kantor sedang upacara, jadi saya punya waktu lebih leluasa untuk ngubek-ngubek makam tersebut. Sayapun segera menyeberang jalan yang sunyi jauh dari keramaian kota.

Dari pinggir jalan tak tampak kalau tempat itu dulunya sebuah makam. Di depan pintu tertulis "Omen Garden" sebagai penanda taman. Entah apa maksudnya dinamai Omen, mungkin supaya orang ingat ada makam di situ. 

Masuk ke dalam, tampak beberapa makam masih utuh, sementara makam lainnya tampak sudah tidak beraturan lagi bentuknya. Ada reruntuhan pusara yang tergeletak begitu saja, ada pula makam-makam kecil tersebar di antara tanaman.

Kondisi Makam Warna Warni (Dokpri)
Kondisi Makam Warna Warni (Dokpri)
Makam yang utuh tersebut dinaungi pohon akasia untuk berlindung dari panas dan hujan. Setiap makam diwarnai berbeda, namun tak jelas jua apakah warna tersebut menandakan sesuatu atau hanya sekedar diberi warna saja. Supaya terlihat indah, di sela-sela makam ditanami pepohonan dan tanaman untuk menambah keasrian sebuah taman makam.

Makam Warna Kuning (Dokpri)
Makam Warna Kuning (Dokpri)
Salah satu makam yang masih utuh berwarna kuning, sepertinya makam seorang anak muda karena usianya baru sekitar 28 tahun seperti tertulis di batu nisan. Makam lainnya berwarna biru yang letaknya tak jauh dari makam kuning, dengan usia jauh lebih tua, kemungkinan merupakan orang penting semasa hidupnya. Masih jelas nama yang tercetak di pusara kedua makam tersebut.

Pohon Akasia Menyejukkan Makam (Dokpri)
Pohon Akasia Menyejukkan Makam (Dokpri)
Untuk mempercantik makam, dinding tembok pembatas dibuat mural yang berbentuk lukisan, sepertinya bekas lomba membuat mural. Sepanjang tembok tersebut penuh dengan lukisan untuk mengurangi tingkat keseraman makam. Karena sudah banyak makam yang hilang batu nisannya, saya mungkin tak sadar telah menginjak makam karena telah berubah menjadi hamparan taman.

Mural di Tembok Makam (Dokpri)
Mural di Tembok Makam (Dokpri)
Berhubung masih penasaran, setelah rapat di kantor di depan makam, saya tanyakan ke salah seorang peserta rapat yang kebetulan orang dinas setempat.

Rupanya makam tersebut baru saja dicat tahun 2017 karena selama ini tidak ada yang mengurus sehingga tampak kumuh. Kadang orang buang sampah sembarangan dan kalau malam terlihat angket karena gelap. 

Pak Bupati Merauke suka keindahan dan ingin meniru kota-kota lain dalam menata taman kota sehingga memerintahkan Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk menata makam tersebut.

Walau tampak sepi di hari-hari biasa, ternyata saat menjelang Natal setiap tahunnya selalu ada orang bule berziarah ke tempat tersebut. Sepertinya mereka adalah keluarga penghuni makam yang masih ingat bahwa ada anggota keluarga mereka yang dimakamkan jauh dari tanah leluhurnya. 

Hebat juga kesetiaan mereka, rela jauh-jauh datang dari Belanda hanya untuk berziarah setiap tahunnya sekaligus bernostalgia masa lalu saat bertugas di Merauke.

Ada hal lain yang cukup mengagetkan juga, ternyata di Merauke dulu pernah ada jalur trem karena kantor yang sekarang dipakai dinas merupakan bekas stasiun. Sayangnya tidak tampak lagi bekas-bekas relnya, hanya bangunannya saja yang masih tersisa. 

Informasi mengenai kereta maupun makampun tak jelas karena sudah tak ada lagi saksi sejarah yang bisa ditemui. Hanya hal tersebut menandakan bahwa Merauke zaman Belanda dulu merupakan salah satu kota yang cukup maju di Papua.

Seramnya Suasana Malam Hari (Dokpri)
Seramnya Suasana Malam Hari (Dokpri)
Karena masih penasaran juga, malamnya saya kembali ke tempat tersebut. Suasananya tak terkesan angker karena di setiap sudut dipasang lampu terang benderang. Namun tetap saja bulu kuduk berdiri, sayapun memandang kiri kanan atas bawah depan belakang, siapa tahu menemukan sesuatu yang aneh nyangkut di pohon, atau di sudut gelap taman yang tak terjamah penerangan lampu.

Saya pikir banyak yang nongkrong, ternyata sepi tak tampak satu batang hidungpun. Kata orang dinas tadi, sebelum dipagar makam tersebut sering dipakai nongkrong orang-orang yang sedang mabuk sehingga pak Bupati memerintahkan pemagaran makam. 

Setelah dipagar sepertinya tak ada lagi orang yang berani nangkring, mungkin takut tiba-tiba dikunci dari luar oleh makhluk halus penghuni makam. Sayapun buru-buru keluar karena takut terkunci juga di dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun