Yang terjadi selama ini kan setiap tahun kampus mencetak jutaan lulusan baru, namun tak banyak sekolah yang menyerap lulusan calon guru ini. Jika ini bisa dilaksanakan, maka akan lahir nantinya calon-calon guru yang benar-benar berkualitas unggul. Sehingga sekolahpun diuntungkan dengan kualitas output Perguruan Tinggi.
Akhirnya, penulis hanya dapat berharap agar polemik guru bergaji rendah ini dapat sesegera mungkin diatasi. Karena ini bukan lagi kesenjangan gaji, namun sudah dapat dikategorikan diskriminasi terhadap guru non-pegawai negeri.
Dengan beban kerja yang sama, maka tak layak guru honor mendapatkan gaji lima ratus ribu, bahkan ada yang hanya bergai 200 ribuan saja. Pemerintah pusat janganlah lagi memberikan angin-angin segar, yang tak dapat direalisasikan secara nyata. Jangan terkesan grasa-grusu, dan jangan terkesan mengambil nama untuk popularitas semata.
Sudah diterbitkan di SR28JambiNews