Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PPPK, Menyoal Kesejahteraan Guru Honorer

2 Februari 2019   16:34 Diperbarui: 2 Februari 2019   16:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang terjadi selama ini kan setiap tahun kampus mencetak jutaan lulusan baru, namun tak banyak sekolah yang menyerap lulusan calon guru ini. Jika ini bisa dilaksanakan, maka akan lahir nantinya calon-calon guru yang benar-benar berkualitas unggul. Sehingga sekolahpun diuntungkan dengan kualitas output Perguruan Tinggi.

  • Sekolah Swasta harus berani mengambil terobosan yang cemerlang. Apabila sekolah swasta dapat tampil seperti di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bali, dan Surabaya, maka sekolah negeri akan terpacu untuk memperbaiki diri. Sekolah Swasta juga diharapkan mampu menampung lulusan FKIP yang tidak lagi mampu ditampung oleh sekolah-sekolah negeri di Indonesia. Ditambah lagi, dengan pengelolaan yang apik dan professional, guru di sekolah swasta mampu memperolah gaji yang melebihi gaji guru pegawai negeri.
  • Akhirnya, penulis hanya dapat berharap agar polemik guru bergaji rendah ini dapat sesegera mungkin diatasi. Karena ini bukan lagi kesenjangan gaji, namun sudah dapat dikategorikan diskriminasi terhadap guru non-pegawai negeri.

    Dengan beban kerja yang sama, maka tak layak guru honor mendapatkan gaji lima ratus ribu, bahkan ada yang hanya bergai 200 ribuan saja.  Pemerintah pusat janganlah lagi memberikan angin-angin segar, yang tak dapat direalisasikan secara nyata. Jangan terkesan grasa-grusu, dan jangan terkesan mengambil nama untuk popularitas semata.

    Sudah diterbitkan di SR28JambiNews

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun