Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak-anak Mengambil Uang di Dompetku

20 November 2018   21:27 Diperbarui: 21 November 2018   02:09 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar ilustrasi: fool.com)

Oh ya, kami memiliki dua kursi besar yang terbuat dari bahan kayu yang memang sudah harus ditebang karena sudah terlalu tinggi dan tumbuh liar di dekat rumah tetangga di kampung. Setelah ditebang, kami sepakat membuat kursi besar dan panjang supaya bisa nyaman untuk tiduran.

Permukaan kursi yang rata dan keras sangat cocok untuk meletakrebahkan badan yang lelah. Kata pakar kesehatan, permukaan yang rata adalah tempat terbaik untuk tubuh.

Setelah duduk dan mengumpulkan kesadaran, lalu mulai melihat dan mengingat kiri kanan. Di mana tas ransel saya letakkan. Di mana dompet saya taruh, dan seterusnya.

Dompet lah yang membuat saya mulai cepat mencari ke sana dan ke mari. Biasa, di sana ada surat-surat penting. Tepatnya adalah kartu-kartu penting. Ada KTP. Ada SIM. Ada kartu ATM. Ada STNK. Dan, biasa, ada struk-struk penarikan uang di ATM yang membuat dompet terlihat lebih tebal. Anak-anak dan istri sudah terlelap.

Sudah mencari sementara waktu dan tidak kunjung ketemu, akhirnya kubangunkan istri sambil pelan bertanya apakah dompetku disimpannya. Entah karena kantuknya hilang atau mendengar kata "dompet", istriku kemudian terbangun. Ia lalu mengambilkan air putih yang kemudian kuminum.

"Mbok diingat, di mana tadi ditaruh. Terakhir bayar apa tadi?" katanya sambil menerima gelas yang kuangsurkan kembali.

Kubilang tadi terakhir adalah untuk membayar parkir di bandara, lalu dompet kumasukkan ke kantong celana. Sarannya kuikuti untuk menumpahkan seluruh isi tas ransel. Setelah di kantong celana tidak kutemukan dompet. Dan satu-satu kuurai. Malangnya, dompet tidak juga ditemukan. 

Setelah rembugan, kami bersepakat ke bandara Yogyakarta dini hari itu. Mengecek ke tempat parkir. Apa boleh buat. Mau bertanya ke anak-anak tetapi kasihan, mereka berdua sudah terlelap di kamar atas.

Singkatnya dompet tetap belum dapat ditemukan.

"Piye, Ma?" tanyaku.

"Lha, piye?" timpal istriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun