Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Benci Uang Lusuh

26 April 2017   17:30 Diperbarui: 27 April 2017   03:00 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Uang mungkin adalah barang yang paling sering berpindah tangan. Sejenak setelah dicetak oleh Perum Peruri, ia sudah diedarkan ke masyarakat. Hari ini di tangan karyawan yang terima gaji (ciee..gajian ni bos, belanja yuk. Eh salah bos mah yang bayarin gaji kita), nggak sampai 5 menit udah pindah ke tangan kasir supermarket, ke tangan pengasuh, dan lain-lain. Duh, curhat, hehe.

Saat uang berpindah tangan, ia mengalami suka duka. Kalau uang nominal besar, di tangan seorang yang teliti, maka ia diraba dan diterawang. Di tangan remaja iseng status jomblo, malah ditulis nomor hape. Dik, udah gak zaman ah kayak gitu. Mending kasih no pin BB aja. Di tangan anak-anak TK yang lagi suka origami, dibuat kapal kertas. Apalagi di dompet bapak suami tuh, duit kok diuwel-uwel gitu sih, nggak menghargai uang sama sekali. Giliran saya naruh uang tersusun rapi, pahlawan berbaris menghadap arah yang sama, urut dari nominal terkecil masa kolonial hingga merdeka (pecahan 100 ribuan), malah dikomentari “aku nggak pernah liat orang nyimpan uang rapi banget kayak kamu!”. Di situ saya kadang saya merasa sedih, kenapa bapak suami gak bisa ngertiin saya. Oke kita move on dari curhatan saya.

Apa perasaan kamu pas terima uang kembalian belanja yang lusuh? Keberatan dan minta tukar? Atau simpan dulu, nanti buat bayar parkir.  Biasa aja, nanti bisa buat dibelanjakan lagi? Uang lusuh memang masih bisa digunakan sebagai alat tukar menukar, tak peduli mulus atau bercak dan kusam. Karena yang penting itu nilai intrinsik uangnya. Ibarat istilah buat mama-mama cantik tuh inner beauty gitu. _Cuma kalau kusam perawatan dong mam, hihi. Silakan todong suami buat modalin. _Saya pada awalnya juga risih kalau terima uang lusuh, hari ini saya mencoba menyetorkan uang lusuh itu ke bank. Daripada saya menyimpannya di dalam dompet. Jadilah ada nominal 18 ribu rupiah dalam setoran ke rekening tabungan saya pagi tadi. Berkebalikan dengan supermarket atau pusat belanja moderen yang kadang menolah uang lusuh sebagai alat pembayaran, uang lusuh kita akan diterima oleh bank. Bank akan menampung uang lusuh dari masyarakat untuk dimusnahkan, dan diganti dengan uang yang baru.

 Ada beberapa kriteria uang lama yang akan dimusnahkan. Pertama, tidak layak edar karena lusuh atau rusak. Kedua, uang rupiah rusak, yaitu rupiah yang bentuk dan ukuran fisiknya berubah dari bentuk aslinya, misalnya akibat terbakar, berlubang sebagian, hilang sebagian, dan sebagainya. Selain itu, pemusnahan juga dilakukan pada uang yang ditarik dari peredaran. Makanya sebelum gak laku, buruan ditabung atau dibelanjakan, hehe.

Apakah jumlah uang yang dimusnahkan akan diganti dengan nilai yang sama? Ternyata jumlah uang pengganti tidak sama dengan jumlah uang yang dimusnahkan. Jumlah uang yang dicetak memperhitungkan jumlah uang yang dimusnahkan tahun sebelumnya, inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi, dan nilai tukar. Makanya, kalau Kang Dimas Kanjeng benar-benar mengedarkan uang seenaknya, hancur ekonomi negara. Syukurlah itu cuma kantong ajaib dibalik jas, sodara!

Jumlah uang yang dimusnahkan bisa mencapai 8,3 milyar lembar uang berbagai variasi nominal. Biaya pembuatan dan distribusi uang kartal ternyata juga sangat tinggi, hingga Rp 3,5 trilyun per tahun. Warbiasah ya anggaran yang dibutuhkan. Oleh karena itu BI terus berupaya meningkatkan penggunaan uang elektronik. Jadi mommy, belanja-belaja online sistem transfer, dan debit card itu membantu pemerintah mengurangi penggunaan kartal lho. Hayuuk gesek kartunya, mumpung gajian. Pah, yuk capsus! Pasang muka genit.

#iseng sore

Sumber referensi : http://keuangan.kontan.co.id/news/ini-kriteria-uang-yang-dimusnahkan-oleh-bi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun