Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengelola Jiwa: Marah atau Amarah?

23 Agustus 2019   12:40 Diperbarui: 23 Agustus 2019   12:53 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau kadang kita marah pada anak kita yang bermain petak umpet dan memecahkan vas bunga kita yang mahal harganya. 

Jika kita ingin mencabut tanaman tak berguna, maka cabutlah akarnya dan bukan buahnya.

2. Menumbuhkan kekuatan roh yang mendominasi jiwa kita.

Seperti kita bahas di depan, marah dan amarah adalah produk emosi kita. Emosi merupakan salah satu unsur yang dihasilkan jiwa kita. 

Jika kita mampu menumbuhkan kekuatan roh kita dengan mempererat hubungan kita dengan Sang Pencipta, maka jiwa kita akan bersandar pada roh kita, bertumbuh bersama dengan pertumbuhan roh kita. 

Seseorang seringkali gagal dalam menjalankan puasa seharinya karena "niat" telah digagalkan oleh tuntutan tubuh. Pertanda bahwa jiwa bersandar pada tubuh.

3. Kelelahan jiwa kita rentan membuat kita marah bahkan ber-amarah.

Beban hidup yang kita jumpai dalam keseharian kita, entah itu dalam pekerjaan atau tekanan study, target perusahaan, mengurus kebutuhan anak-anak setiap hari, mengelola rumah tangga kita yang penuh tuntutan hidup, terkadang membuat jiwa kita lelah.

Kelelahan jiwa seringkali memicu kita untuk tidak bisa mengontrol emosi. Ini yang perlu kita waspadai.

Karena mungkin dalam kondisi marah dan penuh amarah kita akan mudah memperkarakan hal-hal yang akan kita sesali di kemudian hari.

Seorang Thomas Jefferson pernah berkata, "Bila Anda marah, maka mulailah berhitung antara 1 sampai dengan 10, sebelum Anda berkata-kata." Hal ini seringkali saya namakan dengan "mematikan diri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun