Aku semakin tak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Apa hubungan Nangnak dengan masalah pendirian sebuah pabrik minyak sawit ? Â " Ah, itu cuman bercanda."
" Jangan bohong, Jo. Kamu  mengatakan Nguyen Tinh punya jimat dan mantera pengusir Nangnak, dan kamu diajari. Kalian menyusuri sungai Mekong di malam hari, dan bertemu Nangnak. Kalian berhasil kembali dengan selamat ke rumah Tinh. Itu artinya mantera kalian manjur untuk menghadapi Kuntilanak."
Aku menatap Ramli tanpa kedip. Â Aku mulai meraba persoalan yang dihadapinya.
"Aku hanya membual, Don ! Masak kamu percaya ?" ledekku.
"Tanah yang kami beli untuk dijadikan lokasi pabrik itu berharga 670 juta. Kami sudah melunasinya. Namun, ketika ingin memulai, timbul kendala. Di tengah lahan itu berdiri sebuah bangunan tua yang sudah dikepung tanaman rambat hingga tidak kelihatan sama sekali. Kami pendatang, tidak tahu asal usul tanah itu. Setelah dibeli barulah mendengar kabar bahwa tanah  itu merupakan tempat tinggal sesosok Kuntilanak yang menakutkan, yang tidak menolerir gangguan apapun atas tempat tinggalnya. Pekerja yang menebas rumput kesurupan, setelah diobati, tak ada yang mau bekerja kembali ke sana. "
Aku tersedak. Aku menatap Ramli tanpa kedip. Aku sudah meraba maksud Ramli mengundangku kemari. Pasti aku disuruh mengusir kuntilanak itu. Dalam hati aku bergumam, celaka.... kenapa omonganku dulu dipercaya Ramli? Kenapa aku tersandung bualanku sendiri ?
" Seharusnya kamu mencari dukun atau paranormal, kenapa malah mengundangku? Apa aku disuruh berkenalan dengan Kuntilanak itu ? Mana mau dia berkenalan dengan Jomblo Karatan dengan tampang berantakan sepertiku ?" tanyaku sekedar bercanda.
Bersantai