Mohon tunggu...
Dennise Sihombing
Dennise Sihombing Mohon Tunggu... Administrasi - Fulltime Blogger

Panggil saya Dennise.Saya ibu dari Rachelle & Immanuelle.Saya suka berkhayal kadang yang agak nyeleneh,he...he...he...for info contact me: dennisesihombing@gmail.com WA : 087874482128

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Sukses dan Bahagia Menjadi "Single Mom"

1 September 2017   08:17 Diperbarui: 1 September 2017   17:40 7002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: mercatornet.com

Dita, berrumah tangga dengan Timo suaminya sudah 6 tahun. Mereka dikaruniai seorang putri. Ellen namanya. Namun dengan sangat terpaksa Dita memutuskan berpisah dengan suaminya dan menjadi single mom untuk anak semata wayangnya karena suaminya punya simpanan wanita lain. Sakit yaaaa....

Tamara lain lagi ceritanya. Akibat pergaulan bebas dengan Desta kekasihnya, jadilah dia hamil. Sebenarnya Desta mau tanggung jawab untuk menikahinya tetapi Tamara tidak mau, pasalnya Desta penggangguran dan pemalas. Semenjak lulus kuliah tidak pernah bekerja dan hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya. Lebih baik jadi single mom deh.

Dewi wanita mature usia 40 ini terpaksa bercerai dengan suaminya, Imam, karena suaminya tersebut poligami. Suaminya awalnya berjanji akan bersikap adil. Seadil-adilnya tetap aja cintanya dibagi 2 dan dimadu, kan. Untungnya hak perwalian anak jatuh ke tangannya.

Baca cerita di atas sedih ya, miris banget hidupnya. Namun apakah selamanya harus terpuruk dan nangis bombay? Kapan bahagianya dong, Mom. Yuks, kita sepakati jadi single mom yang sukses +bahagia. Bagaimana caranya? Saya punya beberapa tips yang semoga bisa memotivasi sahabat moms Kompasiana untuk sukses meraih kebahagiaan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Yang perlu dipersiapkan:

Mental
Status akhirnya menjadi single mom, mau tidak mau dan suka tidak suka harus diterima. Ini masa yang paling tidak menyenangkan dan tidak sedikit singlem mom yang mentalnya drop ketika menghadapi kenyataan. Beban ini tentunya terasa berat jika ditanggung sendiri mengapa tidak berbagi kepada orang terdekat yang dipercaya dan dapat memberi kekuatan. Dan jika bebannya masih terasa berat juga, coba share ke psikolog. Banyak solusi yang Anda dapatkan.

Waktu dan tenaga
Ketika masih ada suami tentunya ada pembagian tugas. Siapa yang cari duit siapa yang mengurus anak di rumah, dan lain sebagainya. Sekarang semua harus ditangani sendiri. Tentang waktu coba manage waktu Anda yang 24 jam itu semaksimal mungkin untuk kegiatan berarti. Dan jika perlu Anda minum suplemen seperti vitamin untuk stamina agar tetap terjaga

Tabungan
Kalau dulu Anda tidak punya planning nabung tiap bulannya, sekarang WAJIB MENABUNG. Komitmen pada diri sendiri misalnya tiap bulan nabung Rp 500.000. Nah dana itu jangan dikutak-katik sebisa mungkin kecuali situasi terdesak

Relationship
Hubungan yang harmonis dengan anak perlu tercipta sejak dini. Anak adalah curahan cinta Anda setiap hari. Jika mereka sudah remaja bisa loh diajak bertukar pikiran

Buang perasaan ini:

Takut gagal
Semua orang bisa gagal mengarungi hidup tak terkecuali pasangan utuh suami istri. Ketika Anda menjadi single mom jangan merasa gagal menjalani hidup .Anda harus optimis, bangkit dari keterpurukan dan membuka pikiran untuk hal-hal positif.

Takut Digossipin
Ambil prinsip EGP alias "emang gue pikirin?". Hidup itu perlu ada cueknya jangan selalu memikirkan. "Apa kata orang tentang aku ya?" Terserah Moms orang bicara negatif apa tentang Anda yang pasti harus yakin bahwa langkah hidup yang ditempuh benar dan tidak neko-neko

images-59a846424e51de1e1b7af7d2.jpg
images-59a846424e51de1e1b7af7d2.jpg
Takut melangkah
"Bagaimana kalau aku menjual rumah dari harta gono gini, apa tepat? Kecepatan gak ya dijual sekarang? Keraguan untuk melangkah dalam ambil keputusan seringkali maju mundur, takut salah dan akhirnya tidak tahu hendak melakukan apa. Sebelum ambil keputusan pikirkan dulu dengan tenang apakah langkah yang Anda ambil nantinya plus minusnya dan tidak ada salahnya melibatkan anak-anak untuk bertukar pikiran siapa tahu ide mereka brilian

Takut tidak cukup
Anda harus yakin dengan iman bahwa rejeki yang ada saat ini akan cukup menghidupi Anda dan anak. Syukur kalau mantan suami masih ingat tanggung jawabnya. Ya kalaupun tidak yakin saja Tuhan akan mencukupi. Tuhan itu sayang loh sama janda-janda

Pekerjaan yang cocok
Jika anak-anak sudah besar dan bisa ditinggal Anda bisa saja bekerja kantoran yang terikat dengan waktu. Namun jika anak Anda masih balita dan perlu perhatian sebaiknya mencari pekerjaan yang tidak terikat.

Apa saja pekerjaannya?

  • Marketing
    business-woman-2071342-1280-59a84675159344439a0d1722.jpg
    business-woman-2071342-1280-59a84675159344439a0d1722.jpg

    Gaji Anda ditentukan dari semangat Anda berjualan. Semakin banyak terjual gaji Anda tentunya semakin besar. Untuk penyemangat buat target! misalnya tiap minggu Anda harus bisa closing berapa? Usahakan tiap minggunya sale Anda meningkat

  • Lawyer
    Untuk Moms yang dulunya lulusan fakultas hukum dan tidak sempat ilmunya terpakai coba mulai menjadi lawyer. Pekerjaan ini tidak mengikat waktu namun memberikan penghasilan yang lumayan

  • Enterpreneur
    Menjadi pebisnis tidak harus punya modal besar. Misalkan Anda jago masak mengapa tidak membuka jasa catering kecil-kecilan dulu. Jika lumayan penghasilannya bisa ditambahkan untuk modal. Coba kembali gali potensi keahlian yang Anda miliki, inilah waktunya Anda menjadi enterpreneur.

  • Guru privat
    Manfaatkan keahlian yang Anda miliki misalkan bidang matematika Anda bisa mengajar privat untuk anak-anak sekolah. Atau Anda menguasai beberapa alat musik mengapa tidak dijadikan penghasilan saja setiap minggu 4-5 privat musik/mengajar bahasa Inggris lumayan loh, Moms.

Setelah membaca ulasan saya semoga Single's Mom di Kompasiana semangat terus ya. Sukses dan Kebahagiaan itu bisa kita raih jika ada kemauan dan membuang akar kepahitan(D/s)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun