Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Golkar dan PDIP Pecah Kongsi dengan Nasdem di Jawa Barat

7 Agustus 2017   15:16 Diperbarui: 8 Agustus 2017   05:31 2563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surya Palon dan Megawati. Sumber : (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Pilkada Jawa Barat 2018 memang masih lumayan lama, yaitu sekitar 11 bulanan lagi. Akan tetapi loby politik dan manuver politik sudah mulai berjalan, karena tahapan Pilkada Serentak 2018 akan dimulai pada bulan september mendatang. Dalam Pilkada Jawa Barat yang digadang-gadang sebagai medan pertempuran kedua dari Pilkada DKI 2017. Tentu koalisi yang dibangun pasti akan mengikuti pola yang terjadi pada Pilkada DKI 2017, yaitu Oposisi vs pihak istana.

Peta Politik Pilkada Jawa Barat 2018 mulai terlihat berubah dan mengatur posisi kembali, setelah diadakannya pertemuan antara SBY-Prabowo yang berlangsung beberapa waktu lalu. Setelah pertemuan bersejarah tersebut, menginggat SBY dan Prabowo sangat sulit untuk dipersatukan, meskipun sama-sama diluar pemerintahan pada saat ini. Pertemuan bersejarah tersebut ternyata berimbas kepada peta Politik Jawa Barat pada Pilkada 2018 mendatang. Gerindra dan Demokrat menjalin koalisi dan sepakat mendukung Deddy Mizwar sebagai Calon Gubernur Jawa Barat, meskipun PKS sempat Protes karena Ahmad Syaikhu tidak jadi diusung sebagai Calon Wakil Gubernur. Akan tetapi dapat dipastikan PKS pada Akhirnya akan mengikut langkah Gerindra dan Demokrat tersebut. Demikian Juga PAN yang dapat dipastikan akan mengikuti langkah Demokrat, Karena kedekatan PAN dan Demokrat sudah terjalin sejak lama.

Jadi dapat dipastikan komposisi Gerindra, PKS, Demokrat, dan PAN akan mendukung Deddy Mizwar sebagai calon Gubernur, tinggal masalah wakil Gubernur saja yang harus dipertimbangkan lagi dari masing-masing partai tersebut. Sehingga dapat dipastikan keempat partai tersebut yang berada diluar pemerintahan akan bersatu pada Pilkada Jawa Barat 2018.

Akan tetapi ada perubahan yang tentu saja sangat mengejutkan bagi publik, mungkin sama mengejutkannya dengan perubahan arah politik Hary Tanoe yang tak terduga. Pada Minggu 6 Agustus kemarin, Idrus Marham selaku Sekjen Partai Golkar menyebukan bahwa, pembahasan koalisi antara Partai Golkar dan PDIP sudah mendekati tahap Final. PDIP dan Golkar hampir dipastikan akan mengusung Deddy Mulyadi yang saat ini menjabat sebagai Bupati Purwakarta sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Meskipun memiliki Jumlah kursi yang lebih banyak dari Golkar, tetapi PDIP memilih untuk mengalah mengusung Deddy Mulyadi yang merupakan kader dari Partai Golkar. PDIP ingin berpikir realistis bahwa pembukaan pendaftaran calon Gubernur jawa barat yang telah dibuka oleh PDIP sepi Peminat. PDIP berpendapat akan mengikuti suara rakyat, yaitu Calon Gubernur yang dikehendaki rakyat Jawa Barat. Yaitu Deddy Mulyadi.

Sungguh keputusan PDIP dan Golkar tersebut diluar dugaan, karena hubungan antara Nasdem,Golkar dan PDIP tergolong sangat mesra pada Pilkada DKI 2017 lalu. Ditambah lagi Golkar dan Nasdem selalu setia untuk menjadi partai yang akan mengusung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang. Apakah yang terjadi? PDIP berasalan Ridwan Kamil terlalu cepat mendeklarasikan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Barat bersama Nasdem. Sehingga PDIP menyebut Nasdem dan Ridwan Kamil sepertinya ingin berjalan sendiri-sendiri. Tanpa memikirkan teman koalisinya.

Nasdem adalah partai yang tergolong kecil di Jawa Barat, yaitu hanya memiliki 5 kursi di DPRD. Sehingga harus mengumpulkan 15 kursi lagi untuk dapat mengusung Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jawa Barat. Langkah Ridwan Kamil pada Pilkada jawa barat 2018 mendatang tentu akan semakin berat. Karena Nasdem telah ditinggal oleh teman koalisinya di Jawa Barat. Nasdem dan PDIP pada awalnya banyak yang menduga akan satu suara pada pilkada Jawa Barat. Ternyata pecah kongsi dan menjadi rival alias lawan dalam memperebutkan kursi Jawa Barat 1.

Menurut saya alasan Golkar dan PDIP pecah kongsi di Jawa Barat, karena Nasdem yang telah lebih dulu mendeklarasikan Ridwan Kamil, sehingga tentu Ridwan Kamil pasti akan dimiliki sepenuhnya oleh Nasdem sebagai partai pengusung pertamanya. PDIP dan Golkar adalah partai yang menduduki peringkat 1 dan 2 sebagai partai terbesar di Jawa Barat, yang tentu saja tidak mau menurut atau menunduk pada Nasdem yang hanya memiliki 5 kursi di DPRD. Karena Nasdem adalah partai yang paling awal mendeklarasikan Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Alasan inilah yang menurut saya salah satu faktor yang mempengaruhi pecah kongsi koalisi antara PDIP dan Golkar dengan Nasdem.

Mungkin alasan Nasdem yang langsung menangkap pertama kali Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur Jawa Barat adalah bertujuan untuk mendongkrak Elektabilitas partai Nasdem di Jawa Barat, bahkan Nasional. Karena Ridwan Kamil dikenal sebagai sosok yang populer di media sosial serta memiliki elektabilitas tertinggi di Jawa Barat saat ini. Bahkan banyak orang yang menyebut Ridwan Kamil sebagai Gubernur Media Sosial (Medsos). Karena dalam media sosial Ridwan Kamil sangat populer terutama dikalangan anak muda. Selain Populer dan memiliki elektabilitas tertinggi. Ridwan Kamil juga dikenal sukses membangun kota Bandung dengan berbagai terobsosannya, karena Ridwan Kamil itu sendiri adalah seorang arsitek yang handal. Banyak Karya Ridwan Kamil dalam arsitektur bangunan baik didalam maupun luar negeri yang menuai pujian dan decak kagum. Museum Tsunami yang berada di Provinsi Aceh adalah salah satu karya spektakuler dari Ridwan Kamil.

Akan tetapi langkah Nasdem tersebut malah membuat PDIP dan Golkar menyingkir, karena langkah sepihak yang dilakukan Nasdem itu sendiri. Tentu sebagai partai yang masih tergolong baru, Nasdem selalu ingin melakukan manuver Politik yang bertujuan untuk mencari perhatian publik dan tujuan akhirnya meningkatkan elektabilitas dan popularitas partai Nasdem. Tetapi harga mahal yang harus dibayar Nasdem dengan Membajak Ridwan Kamil dari Gerindra dan PKS, justru menjadi bencana bagi dan Nasdem dan Ridwan Kamil. Karena telah ditinggalkan oleh mitra karibnya, yaitu Golkar dan PDIP.

Langkah Terakhir yang harus dilakukan Ridwan kamil bersama Nasdem adalah merangkul PPP dan PKB yang saat ini belum memutuskan langkah politiknya pada pilkada jawa barat 2018. PKB memiliki 7 kursi di jawa barat, serta PPP memilik i 9 kursi di Jawa Barat. Sehingga jika digabungkan. Dengan komposisi Nasdem 5 Kursi, PKB 7 Kursi, serta ppp 9 kursi. Akan mencapai 21 kursi. Jumlah kursi yang cukup untuk memberikan tiket bagi Ridwan Kamil untuk mengikuti Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang.  Sehingga jika Nasdem dan ridwan kamil berhasil merangkul kedua partai tersebut dalam koalisi. Maka jelas sudah Nasdem dan Ridwan Kamil akan menjadi lawan tanding yang cukup kuat bagi Kubu Dedy Mulyadi (PDIP, Golkar), Serta Deddy Mizwar (Gerindra, PkS, Demokrat, serta PAN). Dan tentu saja jika ketiga kubu itu terbentuk, tentu saja Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang akan sangat menarik. Karena ketiga calon tersebut memiliki kemampuan yang sudah tidak diragukan lagi, karena ketiganya merupakan pejabat daerah yang populer dan berprestasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun