Mohon tunggu...
Delicia
Delicia Mohon Tunggu... profesional -

GP, White Lily

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pelajaran Ketika Menjahit Luka Pertama Kali

13 Maret 2017   16:24 Diperbarui: 13 Maret 2017   16:40 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari minggu lalu aku dikirimi pasien luka robek. Akhirnya  sore itu harus cukup puas, sebab yang dinanti sebetulnya berharap ada seseorang yang mengantarkan nasi ayam, tapi Dia mengirimi pasien luka ganti nasi ayam yang kuharapkan. Pasien itu adalah kepercayaan, inilah bagianku. Aku menanganinya dengan sukacita, meskipun harus berdiri cukup lama.

Aku teringat pengalaman menjahit luka pertama kali, waktu menempuh ko asisten menjadi dokter muda di RS pendidikan 11 tahun yang lalu. Malam itu kami jaga di UGD, datanglah pasien kecelakaan ringan dan aku sangat ingin mendapat kesempatan menjahit luka. Namun semua disabet temanku, aku hanya disisakan bagian membereskan alat saja. Selalu saja begitu. Aku cukup kecewa waktu itu. Sudah beberapa kali menerima pasien luka, tapi tidak punya kesempatan menjahit luka. Malam itu aku merasa dongkol, dan menggerutu "benar saja, asal jaga sama si A...kita selalu disisakan bagian yang gak enak. Egois si A ini...sial selalu dapat jadwal jaga dengan dia". Rasa kesal belum hilang, jam 1-an malam...kami menerima pasien kecelakaan lagi, kali ini kondisinya korban sudah meninggal. Mayat di pindahkan dari UGD ke kamar paling belakang, dan dua orang dokter koas disuruh mengikuti ke sana. 

Dokter koas yang ditunjuk kala itu adalah si A dan temannya, dokter koas yang ketahuan menggerutu oleh dokter jaga UGD. Si A dan aku. Kondisi jenazah luka parah, luka hampir disekujur tubuh. Dan kami berdua disuruh menjahit luka-luka itu dari kepala sampai kaki. Si A memilih menjahit dari bagian kaki, dan itu berarti aku menjahit dari arah kepala. Astaga, aku harus begitu jelas memandang wajah jenazah. Jangan bertanya "untuk apa dijahit lagi, kan sudah meninggal ? ". Supaya keluarga korban tidak shock ketika melihat jenazah korban, itulah tujuannya. Ukur luka-lukanya,catat, lalu jahit dan rapikan. Pekerjaan masih banyak, tiba-tiba aku ditinggal si A yang katanya kebelet ke kamar mandi...tapi dia tidak kembali. Sampai subuh aku mengutak ngatik mayat itu sendirian, sesekali mengarahkan mata ke lorong rumah sakit yang sepi dan angin dingin terasa begitu menusuk sampai ke tulang-tulang. Sungguh malam itu suasananya terasa seperti di flim horor. Si A keterlaluan, tapi aku harus fokus untuk segera menyelesaikan pekerjaanku. Akhirnya selesai juga menjelang subuh.

Pelajaran bagiku sejak malam itu:

" Apapun yang menjadi bagianku jangan takut diambil orang lain, setiap orang punya bagiannya masing-masing. Tidak perlu berkecil hati, dan jangan menggerutu apalagi berebut dengan orang lain. Tidak ada istilah rumput tetangga lebih hijau. Kalau tetangga punya rumput yang hijau, nikmati buah-buahan dan bunga-bunga semerbak dipekarangan sendiri.  Hari ini kalau Tuhan mempercayakan apa saja kepadaku itu berarti adalah bagianku, aku tidak perlu mengingini bagian orang lain. Bersyukur atas semua yang Tuhan percayakan menjadi bagianku".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun