Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Les Miserable", Dari Agama, Romansa, sampai Filsafat Moral

18 Agustus 2018   09:53 Diperbarui: 18 Agustus 2018   10:16 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

 

Ketika membaca judul film ini, tentunya para pembaca novel akan ada banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Mulai dari pertanyaan paling dasar, "Apakah ini adaptasi dari novel legendaris Victor Hugo berjudul Les Misarable?", Kedua,"Bagaimana cara film ini bisa mendeskripsikan secara utuh isi novel yang sangat tebal dan panjang dalam film yang hanya berdurasi 150 menit?", Lalu "Apakah film ini mempunyai kemampuan mengaduk-aduk emosi penonton seperti novel nya mengaduk-aduk emosi pembaca?"

Untuk pertanyaan pertama, tentunya bisa dengan sangat jelas dan singkat dijawab. Bahwa film yang disutradarai Tom Hoover dan dibintangi Hugh Jackman, Russel Crowe, Eddie Redmayne ini memang adaptasi dari karya novelist Francis Victor Hugo yang berjudul sama. Tetapi untuk jawaban pertanyaan kedua dan ketiga, tentunya akan berbeda-beda.

Format drama klasikal menurut saya berhasil mendeskripsikan novel Victor Hugo yang panjang dan kompleks itu dalam durasi waktu 2,5 jam. Tetapi adaptasi dari buku ke film, selalu menghilangkan intensi sebuah buku. 

Film selalu tidak memberi jeda dan kesempatan bagi para penontonnya untuk sejenak merasakan dinamika kehidupan yang dijalani tokoh Jean Valjean (Hugh Jackman) yang rumit dan complicated. Apalagi sampai membayangkan dan memikirkan kompleksitas pertimbangan moral yang menjadi pesan kuat dalam novel Hugo ini.

Karena ini merupakan adaptasi sebuah novel, maka memahami isi film Les Miserable, pada dasarnya bisa difahami dari penulis novel dan novelnya itu sendiri.

Victor Marie Hugo, nama lengkap Victor Hugo, adalah salah seorang penulis aliran Romantis dan penyair besar kebanggaan Prancis abad 19. Lahir pada pada 26 Februari 1802, Hugo meninggal pada umur 83 tahun (22 Mei 1885). Selain novel Les Miserables yang melegenda, karya Hugo yang lain adalah Notre-Dame de Paris. Hugo bukan hanya dikenal sebagai penulis, tetapi dia juga penyair dan aktivis sosial politik di Prancis.

Berbeda dengan kebanyakan aktivis sosial politik orang yang berhaluan kiri pada masa muda dan konservatif pada masa tua, Hugo justru terbalik. Hugo berfaham konservatif pada masa muda dan beraliran kiri pada masa tuanya. Mungkin karena Hugo adalah anak dari seorang loyalis Napoleon yang bertugas menjadi Gubernur sementara Ibunya adalah seorang Katholik taat. 

Hugo muda di didik ibunya untuk mendukung monarchi Prancis. Tetapi seiring waktu, otoritiarianisme monarkhi dan resesi Prancis (1848) yang membuat harga-harga tinggi dan angka pengangguran naik drastis, membuatnya berpindah haluan.

Menurut catatan, pada saat Hugo meninggal ada lebih dari dua juta orang yang menghadiri pemakamannya. Jumlah ini adalah salah satu mobilisasi paling besar di Paris karena melampui populasi kota tersebut.

Bersama novel Notre-Dame de Paris, Les Miserable adalah mahakarya Hugo yang paling dikenal dunia. Bila Notre-Dame de Paris menyampaikan kritisisme terhadap masyarakat Prancis yang mengucilkan Quasimodo yang cacat di zaman Pertengahan, maka Les Miserable menceritakan perjalanan hidup seorang Jean Valjean yang hidup dibawah represifnya monarchi Prancis, perjuangan revolusi Prancis, Hukum yang menindas, dibalut dengan filsafat moral dan cinta sebagai sebuah agape (ekspresi ketuhanan)

Les Miserables ditulis dalam bahasa Prancis saat Hugo dalam pengasingan karena beroposisi terhadap Napoleon III. Dibutuhkan waktu 17 tahun bagi Hugo untuk menuliskan dan menerbitkan novelnya ini. Pertama kali terbit tahun 1862 dan pada tahun 1892 diterbitkan dalam 9 bahasa dunia. Dalam bahasa Prancis, novel ini memiliki ketebalan 1900 halaman dan 1500 halaman dalam bahasa Inggris. Karenanya dikenal sebagai salah satu novel tertebal.

Les Miserable sendiri menceritakan seorang narapidana, Jean Valjean, yang dipenjara 19 tahun karena mencuri roti untuk anak saudara perempuannya yang kelaparan. Keluar dari penjara, Valjean ternyata tidak sepenuhnya menikmati kebebasan dan kebahagiaan. 

Disamping sulit mendapatkan pekerjaan dan dikucilkan karena statusnya sebagai narapidana, Valjean juga mesti berhadapan dengan Javert (Russel Crowe). Seorang inspektur polisi yang terus menerus mengejar dirinya karena merasa itu bagian dari usaha dia membaktikan diri pada hukum dan sebagai orang bersih.

Pada awalnya, Jean adalah pribadi yang dendam pada keadaan. Dia tidak bisa melupakan bagaimana hukum dan masyarakat yang sudah memperlakukan dirinya dengan kejam. Tetapi perubahan terjadi ketika dia diperlakukan dengan sangat baik oleh seorang uskup yang justru dia curi barang-barangnya. Jean lalu melupakan masa lalunya dan memulai hidup baru dengan nama baru, Monsieur Madeleine. Sampai kemudian dia menjadi pengusaha sukses, baik hati, dermawan sehingga dipercaya warganya menjadi walikota.

Sampai suatu ketika sebagai walikota dia bertemu kembali dengan Javert yang pada awalnya tidak tahu bahwa Monsieur Madeleine adalah Valjean yang selama ini dia buru. Permasalahan muncul ketika Javert yang akan bertugas melayani Walikota Madeleine memberitahu Valjean bahwa Polisi Paris telah menangkap seorang narapidana bernama Valjean. 

Mendengar ini muncullah konflik dalam diri Valjean. Dia tidak bisa menerima orang yang dianggap sebagai dirinya, mesti menanggung penderitaan karena perbuatannya dahulu. Madeleine pun dengan gagah lalu mengaku di depan pengadilan bahwa dialah sebetulnya orang bernama Valjean. Lengkap dengan menyebut nomor kodenya sebagai narapidana.

Darisinilah perburuan Javert terhadap Jean Valjean berlanjut. 

Ditambah dengan rasa berdosa Valjean terhadap Fantine, salah seorang karyawannya yang dikeluarkan tanpa sepengetahuan Valjean sehingga harus melacurkan diri untuk menafkahi anaknya Cossete, upaya Valjean untuk membesarkan Cossete, romansa antara Cossete dan Marius pemuda motor revolusi Prancis, serta kehidupan keluarga licik Thernadier yang meraih untung dari kehidupan sosial politik Prancis serta Revolusi Prancis, maka film ini menjadi semakin kompleks dan menarik. Tema filsafat moral, politik, cinta, romansa juga agama berjalin berkelindan dalam kisah ini.  

Bila melihat Prancis sekarang yang dikenal tempat subur tumbuhnya materialisme dan atheis, maka Hugo seperti menampilkan Prancis yang lain. Prancis abad 19 justru kenal dengan nilai agamanya.

Meski tidak digambarkan bagaimana pemerintah Monarki Prancis memperalat Agama demi kepentingan dirinya, tetapi salah satu fragmen penting adalah ketika Valjean mencuri di Gereja yang sudah memberinya makan dan tempat tidur manakala Valjean di usir dari semua tempat. Tetapi ketika Valjean ditangkap polisi Prancis dan dikembalikan ke Gereja untuk mengembalikan barang curiannya, sang Uskup Monseigneur Bienvenu justru membela Valjean. 

Kepada Polisi sang Uskup mengatakan bahwa Valjean tidak mencuri ditempatnya justru dialah yang memberikan barang-barang itu kepada Valjean. Karena perlakuan sang Uskup yang sudah baik tersebut, Valjean pun merubah haluan hidupnya.

Agama juga menjadi pesan sangat penting manakalah di akhir cerita, disebutkan bahwa Valjean berhalusinasi bisa bertemu dengan Fantine yang sudah meninggal. Fantine membawa kegembiraan bagi Valjean yang sudah sekarat dengan memberi tahu bahwa dia akan berbahagia karena akan bertemu dengan Tuhan nya.

Sementara itu sebagai sebuah drama musikal, sepertinya dari sisi musik inilah yang menjadi catatan. Dibanding drama musikal lainnya seperti Lala Land atau The Greatest Showman, kita tidak mendengar sebuah lagu yang bisa terus diingat. 

Mungkin karena banyak mengurai tentang kesedihan bukan semangat atau optimisme. Terkhusus Hugh Jackman yang juga tampil dalam drama musical The Greatest Showman. Bila dalam The Greatest Showman, Jackman juga menarik dan menyanyi maka dalam Les Miserable hanya bernyanyi saja tidak menari. Padahal konon, inilah salah satu kelebihan seorang Hugh Jackman.

Tapi diatas semuanya, film yang diproduksi tahun 2012 ini pastinya akan mengingatkan orang untuk membaca sebuah novel yang cukup dikenal dunia yang terbit pada abad 19. Novel yang sarat pesan tentang pentingnya agama, moralitas, cinta dalam kehidupan dan potret kehidupan sosial politik di sebuah negera yang sekarang dikenal maju.

Bandung, 18 Agusuts 2018  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun