Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PKH Kemensos Kembalikan Martabat Mak Pita

2 Maret 2019   14:54 Diperbarui: 2 Maret 2019   15:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mak Pita menunjukkan kartu kepesertaan Program Keluarga Harapan dari Kemensos yang tercatat atas namanya. Credit Foto oleh Dedy Hutajulu

Mak Pita mengakui, semua keluarga besarnya baik dari pihak Siallagan maupun Ginting berlomba-lomba meminta anak-anaknya untuk diasuh. Tapi ia menolak tegas. "Mereka alasan mau mengasuh. Tapi tak satupun dari mereka mau membantu biaya pendidikan anak-anakku," ujarnya.

Bagi Mak Pita, yang lalu biarlah berlalu. Ia ingin menata masa depannya lebih baik. Ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Ia menyadari, ketika persoalan beruntun mendera keluarganya, justru saat itulah ia semakin dekat dengan anaknya. Ketika suaminya terpuruk, saat itu pula ia semakin gigih merangkulnya. "Saya rasakan Tuhan mempedulikan keluarga saya. Tuhan juga kirimkan pemerintah untuk menolong keluarga saya melalui program PKH," jelasnya.

Kehidupan Mak Pita pun berubah lebih baik seiring berjalannya waktu. Di tengah banyaknya kebutuhan yang harus dicukupkan, PKH begitu membantu. Program ini menanggung keempat anak Mak Pita. Ia mengaku, dana PKH sangat berdampak dalam pengembangan perekonomian keluarganya sekaligus memastikan anak-anaknya bisa terus bersekolah. "Anak saya si Rospita mendapat Rp 2 juta pertahun, Delastri Rp 1,5 juta, Wannadio dan Distra Rp 900 ribu. Itu semua saya pergunakan untuk kebutuhan sekolah mereka. Supaya mereka kelak menjadi orang sukses," tuturnya.

Selain dana bagi pendidikan untuk anaknya, PKH memberikan bantuan pokok berupa uang senilai Rp 550ribu. Uang itu bisa dicairkan melalui ATM.

Mak Pita mengaku telah mendaftar untuk PKH sejak 2014 silam. Awalnya ia mendapat informasi dari Kepala Dusun (Kadus), Pak Bambang. Kadus mendatangi warganya ke rumah masing-masing. Bambang menyampaikan rencana pengadaan #PKHKemensos dan meminta foto copy kartu keluarga warganya. Namun tahun 2015, baru namanya lolos. Sejak itu, kini di 2019 terdaftar 90 KK penerima #PKHKemensos. "Setiap bulan kami ada pertemuan. Membahas anggarannya," imbuhnya.

Setiap tahunnya berbeda anggaran untuk setiap keluarga. Tahun 2018 mereka hanya mendapat dana bantuan sebesar Rp 1.890.000 per keluarga. Berbeda dengan tahun 2019 ini, setiap keluarga mendapat kucuran dana lebih besar.

Selain dibantu dana, #ProgramKeluargaHarapan juga melatih Mak Pita keterampilan berwira-usaha, seperti membikin berbagai produk rumah tangga. Tahun 2018 lalu, ia dilatih cara membuat detergen, sabun cuci piring dan tas dari botol air mineral bekas. "Tujuannya, supaya saya mendapat penghasilan tambahan. Lumayanlah untuk biaya belanja sehari-hari," pungkasnya.

Sejak terlibat dalam #PKHKemensos, kehidupan keluarga Mak Pita semakin layak. Pendidikan anak-anaknya juga tidak terganggu. Orang tak lagi memandangnya rendah. Orang tak lagi menganggapnya kriminal atau pengedar narkoba. Warga akhirnya melihat betapa luar biasa perjuangan Mak Pita bagi keluarganya. Berkat #PKHKemensos, upaya Mak Pita memulihkan martabat keluarganya berjalan di luar dugaan.

Jonroi, salah satu pendamping #PKHKemensos menerangkan, PKH adalah bantuan komplementari yang diberikan pemerintah. Komplementari artinya mereka yang memiliki komponen. Salah satu komponennya adalah pendidikan. #PKHKemensos merupakan program prioritas dalam penuntasan kemiskinan di Indonesia.

Menurut Jonroi, Mak Pita sangat layak mendapatkan #PKHKemensos. Empat orang anak sekolah adalah beban berat yang harus ditanggung Mak Pita. Karena itulah, bantuan sosial #PKHKemensos tepat sasaran bagi Mak Pita. Utamanya, untuk menyelesaikan masalah pelayanan dasar kepada masyarakat berupa pendidikan dan kesehatan anak-anaknya.

"Jadi bantuan itu harus bermanfaat dan tepat sasaran. Maka menjadi penting peran pendamping #PKHKemensos. Dengan melakukan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga, penerima manfaat terus dibina untuk meraih keluarga sejahtera," pungkas Alumnus S2 UGM itu. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun