Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Tidak Akan Ada Lagi Bendera Lorenzo's Land

20 November 2019   14:02 Diperbarui: 20 November 2019   14:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan tak sebentar Jorge Lorenzo di dunia balap. (Kompas.com)

Perjalanan si 99 harus berakhir di sirkuit Valencia (17/11) dan hanya mampu finish di posisi 13. Akhir yang tidak bagus namun menjadi akhir yang harus diterima oleh penggemar ataupun pendukung Por Fuerra. Memang berat, namun itulah yang harus dirasakan penikmat MotoGP. Kita harus ditinggal lagi oleh salah satu pembalap hebat setelah musim lalu MotoGP juga kehilangan Dani Pedrosa.

Uniknya, perpisahan Jorge Lorenzo dengan MotoGP juga diakhiri di tim pabrikan yang sama seperti Pedrosa. Keduanya sama-sama berakhir sebagai pembalap Repsol Honda. Jika Pedrosa mengakhiri petualangannya dengan tim "sayap tunggal" dengan tanpa gelar juara dunia. Maka, Lorenzo harus menerima kenyataan untuk menjadi pembalap Honda yang tidak pernah mampu meraih posisi lebih baik dari 10 besar di setiap race.

Bahkan, raihan terbaiknya hanya di posisi 11 dan itu terjadi di Le Mans. Artinya, terlihat sekali bahwa Lorenzo sangat kesulitan untuk berpacu lebih cepat seperti dirinya sebelumnya -bersama Yamaha- ataupun setidaknya seperti saat menunggangi Ducati.

Seperti ulasan yang pernah tertulis beberapa waktu lalu, bahwa kiprah Lorenzo di Honda tahun ini sangat jauh dari kata memuaskan. Bahkan, pencapaiannya lebih buruk dari musim perdana menunggangi Ducati. Menjadi ironis ketika kita mengingat rekam jejaknya sebagai pemilik tiga gelar juara dunia di kelas MotoGP.

Baca: Musim yang Kembali Berat Bagi Jorge Lorenzo (Kompasiana/DeddyHS_15)

Artinya, dia bukanlah pembalap biasa. Namun, ternyata tidak ada kesempurnaan dalam karir pembalap sehebat Lorenzo dengan pembuktiannya tersebut. Kini, pada akhirnya perpisahan harus menjadi pilihan baginya dan penerimaan bagi penikmat MotoGP -tidak hanya penggemarnya.

Pensiunnya Lorenzo juga membuat masyarakat penikmat MotoGP yang hanya bisa menyaksikan cepatnya motor di lintasan balap harus berpikir bahwa di lintasan tersebut kita tidak pernah tahu siapa yang akan menang, siapa yang akan jauh di belakang, dan siapa yang harus kecewa. Karena, balapan sangat memperhitungkan keberanian mengambil banyak risiko dan perhitungan mentalitas.

Seperti yang pernah dikatakan Mateo Guerinoni tentang Jorge Lorenzo di musim ini. Yaitu, menurunnya performa Lorenzo tidak hanya soal fisik namun juga mentalitas. Hal semacam ini juga pada akhirnya dapat direlevankan dengan kehidupan kita masing-masing yang tidak selamanya berada di situasi bagus.

Tonton videonya di sini:

Termasuk bagi pembalap seperti Lorenzo yang pernah menjadi rookie yang awalnya mampu mengancam kemapanan Valentino Rossi. Hingga akhirnya benar-benar mewujudkan kemampuannya dengan juara dunia pada 2010.

Tahun itulah, kehebatannya semakin banyak diperhitungkan dan membuat Rossi semakin gelisah. Kegelisahan seorang ikon MotoGP itu pada akhirnya membuat Lorenzo sempat menjadi front rider di Yamaha ketika Rossi memutuskan hengkang ke Ducati. Hal ini tak lepas dari keberhasilan Lorenzo kembali juara di tahun 2012 yang mana mampu mencegah Casey Stoner untuk meneruskan kedigdayaannya di tahun sebelumnya -ketika baru membela Repsol Honda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun