Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semua Sekolah Itu Sama

22 Juni 2019   10:49 Diperbarui: 22 Juni 2019   11:00 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah. (Victorynews.id)


Tidak selamanya teman sekolah itu hanya akan bertarung di arena pacuan prestasi. Terkadang teman sekolah juga butuh adanya pertemanan yang santai nan menyenangkan. 

Main bersama dan belajar bersama adalah cara yang diinginkan oleh anak sekolah termasuk teman-teman sekolahmu -bahkan juga kamu sendiri. Maka dari itu, bersikap positif itu harus. Tidak harus selalu bertindak benar, namun bersikap baik saja, itu sudah cukup.

Perihal terakhir yang patut kamu miliki adalah mencoba berpikiran positif terhadap kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah yang non-favorit. 

Kamu harus berpikir bahwa semua sekolah itu selalu berupaya menjadi wadah yang terbaik untuk seluruh peserta didiknya. Tidak perlu peduli dengan stereotip dan stigma yang melekat di sekolah non-favorit. Mengapa?

Karena, yang bersekolah adalah kamu, bukan orang lain. Maka, kamu harus yakin pada dirimu bahwa kamu mampu bersekolah di situ dan kamu akan baik-baik saja di sana. 

Yakinlah pada dirimu sendiri bahwa kamu dapat merubah pandangan orang lain dengan menunjukkan dirimu sebagai hasil dari sekolah tersebut yang (terlihat) lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Tidak semua kejadian negatif di sekolah itu murni karena kesalahan praktik didik dari guru. Karena, semua kejadian itu pasti ada sebab-akibat yang bertautan. Jika murid melanggar aturan, guru pasti bertindak. Begitu pula jika guru semena-mena, maka murid juga pasti akan memberontak.

Hal ini juga berlaku ketika terjadi stigma terhadap sekolah tersebut. Jika insiden yang pernah terjadi murni karena kesalahan muridnya sendiri, berarti guru-gurunya juga tidak seharusnya menanggung stigma tersebut secara berkepanjangan. 

Karena, dalam proses pendidikan di sekolah itu juga sama seperti proses pengasuhan di rumah. Apakah kamu berani bertaruh, bahwa semua keluarga kecil (ayah, ibu, dan anak) di lingkungan se-RT/RW-mu mampu menerapkan sistem asuh pada anak dengan benar dan baik?

Pasti semua keluarga kecil itu juga pernah mengalami fase pengasuhan yang 'naik-turun'. Di fase awal (anak pertama) biasanya akan sangat kaku dan masih bergantung pada mertua/orangtua pasutri. Ada pula yang di fase awal, mereka terlalu memanjakan anaknya. 

Ada pula yang di fase akhir malah lebih lepas terhadap pengasuhan anaknya karena tuntutan pekerjaan dan biasanya 'dititipkan' ke anak pertama dan kakek-nenek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun