Sebenarnya, salah satu faktor laki-laki kesulitan menahan hasrat itu adalah moralitas. Level moralitas yang terkadang rendah, membuat mereka susah mengontrol hawa nafsu---yang dianugerahkan ke manusia. Selain itu, faktor pendidikan. Penanaman nilai-norma yang gamblang (disertai contoh/bukti) juga akan memberikan pola pikir tentang seksual yang ideal bagi masyarakat. Khususnya bagi laki-laki.
Poin paling krusial memang pada bukti. Artinya, harus ada contoh kasus dan kemudian itu dapat menjadi pembelajaran bagi siapapun untuk tidak melakukan hal yang serupa. Memang pengalaman adalah guru yang terbaik. Tapi, pengetahuan juga dapat membuat kita (laki-laki/perempuan) dapat menjauhi resiko sedini mungkin.Â
Apalagi resiko untuk diperkosa (bagi perempuan) dan dipenjara (bagi laki-laki). Artinya, penanaman moralitas juga tidak hanya ditekankan pada pihak laki-laki, namun juga perempuan. Keseimbangan ini akan menjadi keidealan bagi manusia untuk menjadi sosok yang saling menghargai. Bukan saling menyalahkan.
Ketika ada pemerkosaan, laki-laki menuduh perempuan berbaju terlalu seksi dan berdandan menor. Sedangkan perempuan menuduh laki-laki, otaknya terlalu mesum.
Padahal keduanya sama-sama manusia. Sama-sama punya nafsu seksual. Tapi, mengapa laki-laki seringkali tertangkap basah gagal menahan hawa nafsunya---dan memerkosa? Apa ini gara-gara patung telanjang? Apa ini karena menonton kartun dengan payudara bohai dan bersensor?
Apakah nafsu laki-laki sepayah itu? Apakah ada korelasi antara kedangkalan moralitas dan nafsu seksualitas dengan sensor-sensor lebay hingga kini merambah ke patung-patung?
Dari sinilah mulai terkuak alasan mengapa patung sekarang berkemben. Apakah ini adalah solusi yang tepat untuk meminimalisir adanya kasus pelecehan seksual hingga kriminalitas?
Jangan-jangan, manusia akan semakin liar, ketika kehidupannya semakin terkurung. Seperti burung. Mereka akan langsung terbang ketika sangkar terbuka. Artinya, masyarakat Indonesia akan (diprediksi) semakin menjadi-jadi (kenakalannya) ketika segala hal menjadi tidak lumrah.Â
Secara hukum, Indonesia semakin bagus kinerjanya, itu tepat. Tapi, secara kehidupan sosial-budaya, melihat patung berkemben, sensor di tv yang terkadang lebay, justru bisa jadi akan melahirkan orang-orang yang 'haus' terhadap apa yang selama ini tertutupi. Bukankah manusia selalu memiliki keingintahuan yang tinggi? Apalagi yang muda.
"hm... Patung kok berkemben...
Ada-ada saja perilaku masyarakat +62 ini. Hehehe..."
Malang, 4-6 April 2019
Deddy Husein S.