Hukum Hammurabi, termasuk faktor yang membuat nama Babylonia di Irak terkenal sepanjang sejarah, merupakan kumpulan undang-undang tertua dan terlengkap di dalam sejarah dunia yang diukir di sebuah tugu (Obelisk) dan dipahat dari Batu Diorit Hitam yang sangat terkenal di penjuru dunia.
Sekarang tugu itu disimpan di Museum Louvre, di Kota Paris, Perancis, setelah dibawa ke Iran sebagai rampasan perang pada Abad XII sebelum Masehi. Yang ada di Irak hanya copy-nya.
Negara berperadaban tinggi inilah yang dibombardir pada Januari-Februari 1991, oleh Pasukan Multinasional pimpinan Amerika Serikat. Ada sekitar 114 ribu ton bom sama dengan enam buah bom sejenis yang pernah dijatuhkan di atas kota Hiroshima, Jepang dalam Perang Dunia II. Serangan ke Irak ini dilakukan di masa Presiden AS George Herbert Walker Bush yang baru saja meninggal dunia.
Kehancuran Irak pada saat ini tidak berhasil menjatuhkan Presiden Irak Saddam Hussein. Tetapi AS di masa pemerintahan anak George Herbert Walker Bush, yaitu George Walker Bush, pada bulan Mei 2003, Irak kembali diserang. Pada waktu ini, museum dan perpustakaan dibakar. Ini yang menyebabkan saya ragu, apakah di Museum Basra sekarang ini boleh dikatakan lengkap?
Saya memang ke Irak saat itu, Desember 1992. Waktu itu tidak sempat mengunjungi Museum Baghdad. Waktu itu hanya ingin bertemu dengan Presiden Irak, Saddam Hussein. Namun sepertinya saya tidak bisa menemuinya. Karena entah dia ada di mana. Situasi Irak kembali memanas.
Suasana di Baghdad masih belum menentu. Setelah lama menunggu, saya ditelepon Kementerian Industri dan Perlogaman Irak. "Menteri ingin bertemu Bapak," ujar staf Kementerian.
Saya pun bergegas ke sana sesuai dengan jadual yang ditentukan. Rupanya Presiden Irak, Saddam Hussein, meminta kepada Menteri Perindustrian dan Perlogaman Irak, Amir al-Saadi, yang juga berkaitan keluarga dengan Saddam Hussein untuk mewakili dirinya menemui saya.
Saya diterima dengan senang hati dan menyampaikan salam dari Presiden Saddam Hussein. Juga mengatakan penyesalan karena Presiden Irak tidak bisa langsung menemui karena situasi mulai memanas kembali.
Apa yang dikatakan Menteri Amir al-Saadi ini benar, setelah saya melewati perbatasan Irak menuju Jordania, pertempuran kembali terjadi dan perbatasan kembali diperketat. Untunglah saya sudah berada di wilayah Jordania. Kalau tidak entah kapan saya bisa kembali ke tanah air karena tertahan di Irak.
"Saya sempat putus asa. Bagaimana tidak, karena sebelumnya segala sesuatu telah kami pelihara dan kami bina sejak lama, tiba-tiba semuanya hancur. Sekitar 92 persen sektor listrik hancur total. Sektor perindustrian banyak yang hancur," ujar Amir al-Saadi kepada saya saat itu.
Bagi seorang warga negara Dunia Ketiga, saya harus memahami apa yang tengah terjadi di Irak. Meskipun saya tidak bertemu Presiden Saddam Hussein waktu itu, tetapi pada tanggal 24 Juni 1998 saya memperoleh penghargaan dari Sekretaris Pers Kantor Kepresidenan Irak.