Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jelajah Malam Museum Vredeberg Membuatku Semakin Mencintai Indonesia

5 Oktober 2018   11:51 Diperbarui: 5 Oktober 2018   12:10 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Jogja dalam acara Jelajah Malam Meseum [Foto: Monyoku]

Sore itu, kawasan parkir museum Vredeberg terlihat sudah ramai oleh wisatawan. Saya sampai mengantre beberapa saat untuk memarkirkan kendaraan. Namun para pengantre itu, saya lihat kemudian tidak berkunjung ke museum, mereka ke kawasan titik nol dan Malioboro. Mungkin karena sudah sore juga dan meseum akan segera tutup, makanya mereka tidak berkunjung ke sana. Apalagi saya lihat para pengunjung  museum juga sudah mulai banyak yang berjalan keluar mengakhiri kunjungannya.

Begitu sampai di petugas parkir, saya baru ingat tidak punya uang kecil. "Waduh!", pikir saya. Meski sempat ragu, saya kemudian berkata "Pak, ngapunten, yotro kula atusan ewu," seraya mengulungkan selembar uang seratusan ribu. Saya berkata begitu karena bagi orang Jawa, hal semacam itu tidak pantas dilakukan kecuali memang sudah sangat terpaksa.

"Nggih mpun, bablas mawon Mas." Jawab petugas parkir. Saya sedikit lega, tapi sekaligus merasa tambah merasa tidak enak, karena itu artinya saya tidak membayar retribusi parkir. Lalu saya mengucapkan terima kasih kepada petugas itu sambil memberinya senyum terbaik tanda persahabatan.

Setelah memarkir kendaraan, saya kemudian masuk ke museum. Saya bertanya kepada petugas tempat digelarnya acara Malam di Museum yang digelar oleh komunitas Malam Museum. Oleh petugas, saya kemudian diarahkan masuk tanpa harus membayar tiket masuk.

Baru ada beberapa peserta yang datang. Masih belum ramai. Saya kemudian menuju musala untuk salat asar. Musala di museum ini dipisah antara untuk perempuan dan laki-laki, meski tempat wudhunya tidak.

Para peserta saat menerima arahan dari perwakilan Museum Vredeberg [Foto: Monyoku]
Para peserta saat menerima arahan dari perwakilan Museum Vredeberg [Foto: Monyoku]
Selepas salat, saya baru kemudian mendaftar ulang kepada panitia sebagai peserta jelajah museum malam itu, mewakili Kompasianer Jogja bersama 8 teman lain. Sambil menunggu peserta lain datang, saya berbincang dengan beberapa peserta yang hadir dan kemudian bertemu dengan teman-teman dari K-Jog.

Acara yang diikuti oleh 100 peserta dari berbagai komunitas anak-anak muda itu baru benar-benar dimulai pukul 05 sore dan dikomandoi oleh Mas Erwin selaku pendiri komunitas Malam Museum.

Kami juga disambut oleh perwakilan dari Museum Vrederberg, Pak Gunawan. Dalam sambutannya ia mengatakan, penyelenggaraan Jelajah Malam Museum memiliki satu tujuan khusus yakni untuk memperkenalkan Museum Benteng Vrederberg sebagai kebanggaan bersama.

"Meseum ini merupakan salah satu meseum khusus perjuangan bangsa. Untuk itu, perlu diperkenalkan kepada publik agar ini meseum dikenal secara lebih luas." ujarnya.

Meski berada di kawasan yang sangat strategis, namun masih banyak wisatawan yang belum menjadikan meseum ini sebagai salah satu tujuan wisatanya selama di Jogja. Saya sendiri pun, yang sudah 7 tahun di Jogja, baru kali ini memasuki museum ini. Para wisatawan, umumnya lebih tertarik mengunjungi Malioboro, Pasar Beringharjo, dan berfoto dan berbincang ria di kawasan titik nol. Termasuk juga saya. 

"Harapannya, museum ini kelak akan bisa menjadi kebutuhan publik dan wisatawan. Perlu diketahui pula, Benteng Vredeberg juga merupakan bangunan cagar budaya nasional yang baik pemeliharaannya." Pungkas Pak Gunawan.

Selepas acara seremonial, kami kemudian diajak oleh seorang edukator untuk berkeliling museum. Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Saya masuk ke kelompok 2 dan mengunjungi museum di Diorama 1 dan 3.

Ada satu hal baru yang menarik perhatian saya pada jelajah meseum malam itu, yakni penjelasan tentang fungsi dan keberadaan Benteng Vredeberg itu sendiri. Benteng Vredeberg dibangun oleh Belanda sebagai pusat pengawasan terhadap Kraton Yogyakarta yang kala itu mulai menunjukkan kemajuan yang sangat pesat di bawah kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana 1. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar pemerintahan Kraton Yogyakarta tidak berpaling memusuhi Belanda.

Selanjutnya, saya dan peserta lain menyimak penjelasan demi penjelasan dari edukator. Tak cukup dengan itu, bahkan saya juga masih harus membaca setiap penjelasan yang tertulis pada setiap diorama dan tentu saja tak lupa untuk mengambil gambar. Dan itu membuat saya begitu takjub, seolah terbawa ke masa lalu. 

[Dok. Monyoku]
[Dok. Monyoku]
Sekira waktu magrib datang, jelajah museum malam itu usai dan kami dipersilakan untuk melaksanakan salat magrib. Namun kegiatan belum usai, karena setelah itu kami diajak untuk bermain-main oleh para panitia. 

Peserta dibagi menjadi dua puluh kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan satu misi khusus berkaitan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan republik Indonesia yang telah kami dapatkan dari jelalah meseum yang telah kami lakukan. Kelompok kami berhasil menunaikan tugas tersebut dengan baik, walau tidak menjadi yang terbaik dan mendapatkan hadiah dari panitia. Haha

[Dok. Monyoku]
[Dok. Monyoku]
Sekira pukul 20.30, tugas kami selesai. Lalu acara malam itu ditutup dengan makan malam, hiburan musik tradisi, dan foto bersama. 

Ada banyak hal yang kami dapatkan dari kegiatan ini, yang masih membekas sampai sekarang dan nanti. Acara Jelajah Meseum malam itu, terus terang semakin membuat saya mencintai negeri ini. Saya menyesal kenapa tidak dari dulu mengunjungi tempat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun