George Brady-lah yang menjadi titik temu kisah anak-anak Yahudi dalam masa lalu dalam tahanan Nazi dengan kisah Fumiko dan anak-anak Small Wings di Tokyo Jepang di masa kini. Masa lalu dan masa kini dijembatani. Dan, mungkin puisi yang mengeskpresikan itu :
       ".... Kenapa ia dibunuh ? / Hanya karena satu alasan/ Dia dilahirkan sebagai orang Yahudi./
      Nama : Hana Brady. Tanggal Lahir : 16 Mei 1931/ Seorang Yatim Piatu/
      Kami, 'Small Wings', akan menceritakan kepada semua anak di Jepang tentang apa yang telah dialami oleh Hana./
      Kami 'Small Wings' tidak akan pernah melupakan apa yang telah menimpa satu setengah juta anak-anak Yahudi./
      Kami, anak-anak, bisa melakukan perubahan untuk menciptakan perdamaian di dunia ini sehingga tragedi pembantaian tidak akan pernah terjadi    Â
      lagi./"  oleh Small Wings, Desember 2000, Tokyo, Jepang.
Membaca Buku
      Membaca buku ini mengesankan. Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia sungguh suatu putusan yang tepat.
Kita bisa membayangkan, bagaimana misalnya anak-anak sekolah dasar mempertanyakan tentang nasib anak-anak yang mengalami nasib sama seperti anak dari rentetan peristiwa G 30 S seperti di pulau Buru yang pernah dikisahkan Pramoedya Ananta Toer dalam Nyanyi Sunyi, Seorang Bisu, peristiwa Pelanggaran HAM Berat Timor Timur, Penculikan aktivis, dan sederet yang lain tidak pernah ditampilakan di permukaan.
Kita juga masih ingat, peristiwa penculikan para jenderal oleh pasukan Cakrabirawa di bawah Letnan Kolonel (Letkol)  Untung Syamsuri dengan pemimpin lapangan Letnan Satu  Dul Arief yang juga adalah "anak angkat" Ali Moertopo (investigasi Tempo) dan eksekutornya antara lain yang dekat dengan Ali Moertopo adalah Sersan Mayor Boengkoes. Dari peristiwa ini, berentetan terus dan akhirnya merebak ke mana-mana sampai pembantaian massal tokoh-tokoh PKI dan yang dianggap "tokoh" ataupun simpatisan.