Mohon tunggu...
Daan Andraan
Daan Andraan Mohon Tunggu... Pramusaji - Pembaca

Seorang pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanah Kematian, dari Sawah Besar sampai Jalan Pangeran Jayakarta

3 Maret 2019   23:59 Diperbarui: 4 Maret 2019   00:13 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya makam seorang pembesar Kasunanan Surakarta dan putra dari Pakubuwono II di Jalan Pangeran Jayakarta ini merupakan hasil konflik internal di dalam kraton dan pengaruh dari VOC juga sehingga beliau "dibuang" ke Batavia dan meninggal disini. Oleh keturunan beliau di sebelah makam dibangun masjid yang sekarang dinamakan Masjid Jami Jayakarta.

Sekitar 400 meter dari masjid di Gang Taruna bersemayam Kapiten Tionghoa pertama di Batavia, Souw Beng Kong.

Souw Beng Kong adalah saudagar kaya raya,  bersama 400 anak buahnya pindah dari Banten ke Batavia atas bujukan JP. Coen, untuk membangun kota pelabuhan baru di atas puing-puing kota Jayakarta yang direbut JP. Coen dari tangan Fatahillah di tahun 1619.

Makam Souw Beng Kong berciri khas makam Tionghoa; bong pay (nisan) dengan aksara Tionghoa, altar di depan makam dan gundukan tinggi tanah di belakang bong pay berhimpitan dengan rumah rumah penduduk. Dulu malah di atas makam ada bangunan rumah tinggal, dan bong paynya berada tepat di bawah anak tangga untuk naik ke lantai dua. 

Walaupun sekarang keadaannya sudah lebih baik semenjak tanah di sekitar makam dibeli oleh Yayasan Souw Beng Kong, tapi perawatan makam masih seadanya. Tak disangka seorang yang kaya raya pada zamannya, makamnya sangat tidak mencerminkan kejayaan masa hidupnya. Halaman depan makam tertua di Jakarta ini (di bong pay tertulis 1644 sebagai tahun wafatnya Souw Beng Kong) menjadi kubangan air pada saat hujan dan lokasi makam menjadi tempat jemuran bagi warga sekitar.

Masih di dekat makam Souw Beng Kong, di gang kecil di tepi Kali Ciliwung, makam Raden Ateng Kertadrya dikramatkan.

Tokoh Raden Adeng Kertadrya ada hubungannya dengan Pieter Erberveld dan sejarah Kampung Pecah Kulit.

Pada tahun 1721, pemerintahan kolonial VOC menangkap Pieter Erberveld dan Raden Ateng Kertadrya beserta gerombolannya atas tuduhan hendak membunuh orang-orang kulit putih dan menguasai Batavia, walaupun ada cerita lain yang mengatakan gubernur VOC pada waktu itu, Henric Zwaardecroon, ingin menguasai tanah Pieter Erbelveld dan membuat cerita bohong tentang rencana pemberontakan seperti yang diceritakan diatas. Kemudian Pieter Erbelveld dihukum dengan sangat kejam, tubuhnya ditarik dengan arah berlawanan oleh 4 ekor kuda sehingga terpecah belah, dan dari cerita itulah nama Kampung Pecah Kulit terbentuk.

Sebuah monumen dengan tengkorak tertancap tombak didirikan diatas makam Pieter Erbelveld oleh VOC, dengan prasasti yang berisi peringatan atau ancaman bagi siapa saja yang ingin melawan VOC. Prasasti itu kini kita bisa dilihat di halaman belakang Museum Fatahillah, dan replikanya  dengan tengkorak tertancap tombak ada di Museum Prasasti di Tanah Abang, lokasi sekarang bekas makam dan prasasti tersebut telah dijadikan dealer mobil.

Henric Zwaardecroon, gubernur jendral VOC yang memerintah penangkapan Pieter Erbelveld dan Raden Ateng Kertadrya ternyata makamnya tidak berjauhan dengan monumen mengerikan Pieter. Batu nisan dengan ukiran cetak dari tembaga yang sangat  bagus sang gubernur itu ada di muka pintu Gereja Sion.

Gereja Sion dibangun tahun 1693 di atas tanah kuburan, di luar tembok Batavia. Awal pembangunan gereja ini diperuntukan untuk para tawanan Portugis yang miskin dan budak budak yang dibeli dari India, yang kemudian mereka dikenal dengan sebutan Portugis Hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun