Mohon tunggu...
Claudio Hello
Claudio Hello Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Youtuber

Karena menyukai sepak bola dan biasa bermain sbeagai pemain Tarkam Saya pun membuat sebuah channel Youtube yang membahas tentang Analisis pribadi saya tentang sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Pelabuhan Liverpool

16 Oktober 2018   10:00 Diperbarui: 16 Oktober 2018   10:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Sunyi berarak sepanjang kabut yang menebar rindu yang tak tertahankan. Di sini secangkir Moccacino adalah sahabat buat Vito membunuh dinginnya kota ini yang mencoba menyerangnya, juga teman untuk membunuh kantuk yang selalu menggodanya untuk menabung mimpi dalam lelap.

Ini masih pagi, seperti pagi-pagi dalam hari-hari yang Vito lewati untuk menanti wanita yang hanya pernah ia jumpai sekali itu pun hanya selama sejam tetapi menyisakan rindu berhari-hari. Membuatnya selalu berusaha bangun lebih pagi dan segera berangkat ke pelabuhan, berharap Dita akan datang kembali dan mereka berjumpa di sana. Terkadang hati memang aneh, cepat mengenal tetapi terlalu sulit untuk melupakan.

Tak seperti biasanya. Dia kini mulai menjelajahi wajah setiap penumpang yang datang setiap hari dan berharap ada wajah Dita yang terselip dalam kerumunan penumpang. Sekarang Vito tak hanya menanti akhir pekan, tetapi ia juga lebih menantikan Dita. 

Karena penantian itu Vito jadi menemukan bayangan-bayangan wajah Dita melangkah pelan sepanjang wajahnya yang tengah melihat deburan ombak, pertandingan sepak bola, konser musik, salju yang turun, dan musim yang berganti.

***

Terkadang dia hanyalah awan yang datang menjelma hujan, yang pernah datang lalu pergi tak pernah kembali. Ini sudah lama sekali. Dugaannya jelas meleset. Hingga kini dia tak dapat melupakan Dita dan juga kebiasaannya untuk menantinya. Vito tak pernah membayangkan bahwa perjumpaan sejam membuat Dia rela menanti hingga empat tahun atau mungkin bisa lebih.

Hari ini kota Liverpool tengah bersiap untuk Final Piala FA di Anfield Stadium. Semua penduduk kota tentu mengharapkan Liverpool dapat mengangkat trofi FA yang tidak pernah mereka dapatkan selama enam tahun terakhir.

Ternyata bukan itu saja yang dia nantikan. Tetapi jelas dia menanti sesuatu yang tak pasti dan jenis penantian itu yang paling menyakitkan karena seolah tanpa ujung.

 Senja itu Vito langkahkan kakinya menuju tribun penonton yang ada, tetapi tenyata semua kursi telah penuh sedang di luar masih banyak supporter lain yang memaksa masuk. Semua penonton berdesak-desakan dan dia merasa sulit bernapas. Makin lama, dia merasa dadanya tak lagi punya udara untuk diihirup. Langkahnya seketika letih seakan setiap orang di sekelilingnya menyedot energinya sedikit demi sedikit. Maka matanya kabur perlahan dan setelah itu Vito tak sadarkan diri, sedang tubuhnya terinjak-injak dalam kerumunan.

Liverpool berhasil keluar sebagai juara tetapi tak ada kegembiraan. Mereka berkabung karena kemenangan mereka harus dibayar mahal dengan wafatnya empat puluh lima Liverpooldian[2] karena terinjak-injak saat menyaksikan laga itu. Kabar itu menyebar ke seluruh pelosok Eropa.

Di Jerman, seorang wanita dan suaminya tengah menonton berita yang menyiarkan tentang tragedi itu. Dalam berita itu diberitakan nama-nama korban dalam "Hilsburg Memoriam". Saat nama Vito disebut dan fotonya dipertunjukan, wanita itu tersentak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun