Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Pak RT yang Memeras Warga, Ternyata Masih Ada!

3 Maret 2019   11:36 Diperbarui: 3 Maret 2019   16:18 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu sudah stress, karena kata ibu, Pak RT-nya sangat menekan ibu. Ibu khawatir, nanti rencana penjualan tanah ini disabotase. Karena terbukti, sejak beberapa saat lalu, tanah ibu dari 288 m2, sudah berkurang menjadi 250 m2. Ibu susah untuk mengklaimnya. Seperti mencari jarum di tengah-tengah jerami. Mafia tanah sudah merajalela.

Jadi, tanah orang tuaku di Klender ini, sudah berkurang sekitar 30 m2! Entah, siapa yang berbuat, tetapi orang tuaku sudah tidak mempermasalahkannya....

Ok-lah....

Akhirnya, kemarin ibu pulang dengan stress berat sampai beliau sakit. Pak RT sudah menelpon 14 kali, dan ibu tidak angkat. Dan SMS beberapa kali dan ibu tidak membalasnya. Dan ibu stress berat. Tadi pagi, ibu baru cerita kepadaku.... 

Dokumentasi pribadi Nomor HP Pak RT yang menelpon 14 kali ke HP ibuku, dan tidak ibu angkat, karena sudah stress.
Dokumentasi pribadi Nomor HP Pak RT yang menelpon 14 kali ke HP ibuku, dan tidak ibu angkat, karena sudah stress.
Aku mempelajari situasi dan aku mulai membalas SMS Pak RT, dengan "ancaman". Aku katakan, tentang pemerasan kepada ibuku, dan kata-kata pembeli tanah, tentang RT yang suka memeras. Dan kuancam untuk kulaporkan lewat QLUE serta menulis di Kompasiana.

Pak RT tetap berusaha untuk menghubungi ibu (karena aku membalas sms-nya lewat HP ibu), tetapi aku tidak mengangkatnya. Pak RT minta supaya aku angkat teleponnya dan "kita bicara!" 

Itu yang aku tidak setuju! 

Jika aku mau bicara dengannya, berarti aku sudah masuk perangkapnya. Dia akan meminta maaf, karena terbukti setelah tadi pagi aku balas SMSnya dan "mengancam"nya, surat pengantarnya sudah diberikan kepada oom-ku, TANPA MEMINTA UANG LAGI!

Bahkan, oom-ku menawarkan, "Berapa sisa yang harus dibayar?" 

Dijawabnya, "Ah..., ga usah." 

Berarti, dia ketakutan dengan "ancamanku".... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun