Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terlihat Baik dan Terlihat Buruk di Media Sosial

8 Agustus 2012   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam dunia maya, terutama yang berlangsung di media/jejaring sosial, tentu menyuguhkan interaksi antar individu yang kepribadiannya tak begitu saja bisa disimpulkan sama dengan dirinya di dunia nyata. Tak mudah ditebak, paling hanya mengira-ira. Saat membuat tulisan ataupun tanggapan di media sosial, ada yang terlihat bijaksana, romantis, ramah, penyayang, humoris dan demokratis. Demikian juga yang terkesan berangasan, kasar, angkuh, sombong, rasis, SARAis, nylekuthis ataupun ndremis. Tak tertutup kemungkinan pula ada yang terlihat “labil”, kadang bijak dan lembut banget (tepung..kaliii..hehe), namun suatu saat muncul dengan penampakan yang membuat ngeri. Yang jelas, secara umum ada yang terlihat baik dan juga terlihat buruk.

Sulit untuk menjamin bahwa seseorang yang terlihat baik di media sosial akan sepadan dengan perilakunya di dunia nyata, demikian juga sebaliknya. Namun demikian, menurut saya, bisa dibilang ketika berinteraksi di dunia maya, sebagian besar kita akan berusaha terlihat baik di sana. Sangat jarang, bahkan mungkin tak ada seseorang yang ingin terlihat buruk/ingin dinilai buruk. Bahasa mudahnya begini, sebagian besar kita pasti ingin menulis/menanggapi yang baik-baik, berharap berguna, jikapun tidak, tentu tak ingin meninggalkan kesan buruk dari pihak lain.

Namun, tentu saja saya tetap percaya dengan nasihat lama ini, yaitu “kita tiada sempurna”. Tiap orang memiliki sisi baik ataupun sisi buruk itu. Ketika kita menuliskan sesuatu yang baik/ingin dinilai baik, itu salah satu tanda bahwa sisi baik kita yang berbicara, demikian juga ketika baik tersengaja atau tidak kita menuliskan sesuatu yang buruk, di situlah sisi buruk kita yang berkuasa.

Saya lebih suka berpandangan bahwa siapapun dia, ketika berinteraksi di media sosial dengan tulisan-tulisan yang dapat dinilai baik, dia jelas ingin terlihat baik. Jika pada kenyataannya memang dia adalah seseorang yang baik, maka akan semakin bertambah baiklah dia. Dan jika di dunia nyata dia adalah seseorang yang tidak seperti kebaikannya di dunia maya, dia adalah munafik, ahli pura-pura?...Oh, tentu tidak! Dia adalah orang yang terus bertransformasi menjadi sosok yang baik, menjadi sesuai dengan tulisannya.

Baik!..., buruk!, ngomong opo to kamu pakne!? Apa sih definisi menuliskan sesuatu yang baik atau buruk itu?!

Waduh! Kalau ditanya apa definisinya sih, pasti banyak dan bermacam-macam, Anda juga tentu punya. Namun yang pasti substansinya tak jauh beda. Misalnya seperti jenis vote yang ada di Kompasiana ini, menarik, inspiratip, dan juga bermanfaat. Aktual?...ntar dulu deeh, agak dipisahkan, lah, banyak kata "tergantung"nya.

Semakin sering kita mengungkapkan segala sesuatu yang baik, maka itu akan terus memproses diri kita menjadi baik yang sesungguhnya. Dan tentu saja, ketika kita tidak berusaha membentengi diri terhadap sisi buruk diri yang terus menerus kita tuangkan, bukan mustahil, itu adalah semacam terapi yang akan membimbing kita menjadi pribadi yang buruk beneran.

Udaah, nggak banyak-banyak. Salam kebaikan.

.

.

C.S.

Namanya juga insan berusaha...

Selamat menanti saat berbuka puasa

Sambil menanti Anda berbuka, saya ngopi dulu ya?...hahaha,..guyooon!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun