Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Roro Mendut (Bagian 6)

28 Agustus 2017   08:20 Diperbarui: 29 Agustus 2017   00:01 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Info Paling Cucok

"Ada apa kang mas?" tanya Roro Mendut yang baru saja keluar dari dapur ketika mendengar suara tinggi Krisna. "Ah tidak apa-apa dinda, tadi ada semut api yang menggigit kakiku" jawab Krisna sambil menenangkan dirinya. Roro Mendut hanya tersenyum mendengar jawaban Krisna. "yah sudah, saya beresin dapur dulu ya mas, nanti gantian saya yang gigit kaki mas..." jawab Roro Mendut genit sambil masuk lagi ke dalam rumah. Krisna hanya cengengesan saja melihat pinggul Roro Mendut yang kemudian menghilang dibalik pintu. Urusan "gigit-menggigit" sejenak melupakan kegalauan hati Krisna....

***

Malam sudah semakin larut. Suara jangkrik dan tokek sayup-sayup terdengar saling sahut-sahutan di pekarangan rumah. Krisna terbangun dari tidur ketika dinginnya malam menyergap perutnya yang terbuka. Rupanya dia tadi kelupaan memakai kaos oblong dan sarung tidur kebesarannya...

Krisna terpana, tidak mungkin dia tidur tanpa kaos dan sarung itu! Setelah celingak-celinguk, dia lalu menemukan "mereka" tergeletak di lantai kamar persis dibawah ranjang. Krisna lalu meraihnya, dan segera mengenakannya. Maklumlah pikirnya geli. Beberapa kali "tertawa cekikikan" ditengah malam sering membuat orang menjadi pelupa....

Senyum di wajah Krisna mendadak pudar ketika dia meraih gelas air dari atas meja. Sekilas melalui celah jendela kamar, dia melihat nyala api dari lubang tempat sampah yang berjarak sekitar sepuluh meter dari kamarnya. Mengapa api dari lubang tempat sampah itu tetap menyala? Padahal Krisna membakarnya pada sore hari, dan tadi malam juga turun hujan yang lumayan deras. Seharusnya air hujan pastilah akan memadamkan nyala api itu...

Rasa penasaran yang tak tertahankan memaksa Krisna keluar dari rumah untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi. Mata krisna menatap tajam ke arah ukiran kayu yang dicampakkannya tadi sore. Ukiran relief pada kayu itu bukannya terbakar, tetapi malahan nyala api itu membuat warna pada relief itu semakin jelas, seperti diplitur.. dan kini sosok-sosok pada relief itu terlihat nyata, lalu menatap tajam ke mata Krisna!

Krisna terkesiap. Bulu tengkuk dan tangannya berdiri seketika. Dalam sepersekian detik, Krisna lalu mencampakkan gelas ditangannya itu ke dalam lubang tempat sampah dan berlari masuk ke dalam rumah!

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun