Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jadi Dosen Tidak Bisa Kaya, Benarkah?

7 Mei 2012   04:24 Diperbarui: 4 April 2017   18:16 33466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13363651281335946656

Saya sempat mendengar seorang teman nyeletuk kalau menjadi dosen itu merupakan pilihan terakhir dan karena tidak diterima kerja di mana-mana. Pernyataan tersebut bisa juga benar dan bisa juga salah tergantung dari situasi dan kondisinya. Saya sendiri memutuskan menjadi dosen saat kuliah di semester 6 ditawari oleh pihak kampus untuk ikatan dinas.  Cukup lama juga saya mempertimbangkan apakah setelah lulus nanti bekerja sebagai dosen atau bekerja di luar saja. Namun akhirnya sayapun menerima tawaran kampus tersebut. Sejak itulah saya tidak perlu membayar kuliah hingga lulus. Pertimbangan saya waktu it adalah saya ingin kuliah setinggi-tingginya. Saya pikir kesempatan untuk kuliah S2 dan S3 hanya mungkin jika saya menjadi dosen. Saya tidak mempertimbangkan sama sekali apakah saya bisa kaya raya dari menjadi dosen atau tidak. Waktu itu memang istilah dosen sebagai 'omongane sak dos, duweke sak sen' yang artinya dosen itu pekerjaan yang ngomongnya banyak tapi uangnya sedikit. Dengan kata lain, bekerja sebagai dosen itu memang sulit bisa kaya raya punya rumah 3 dan mobil 5. Jadi, selepas kuliah dulu saya tidak pernah melamar bekerja selain menandatangani kontrak sebagai dosen di almamater sendiri. Saya tidak pernah keliling mencari pekerjaan dan setelah tidak dapat pekerjaan di luar baru kembali ke kampus untuk menjadi dosen. It yang saya tidak pernah lakukan. Lalu apa motivasi utama saya menjadi dosen? Ingin cepat kaya? Bisa juga begitu. Yang pasti saat itu saya berfikir untuk bisa membangun kemulian dan kemanfaatan hidup. Bagi saya, kemulian hidup itu bisa diperoleh dari ilmu dan harta. Syukur-syukur kita bisa menebar kemanfaatan pada orang lain dari ilmu dan harta sekaligus. Bukankah Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu? Dan saya memilih kedua-duanya untuk membangun kehidupan saya. [caption id="attachment_179772" align="aligncenter" width="600" caption="Mahasiswa yang penuh semangat dan harapan (Dok.Pri)"][/caption] Apakah menjadi dosen tidak bisa kaya? Memang kalau seorang dosen hanya mengandalkan pendapatannya dari mengajar yang dibayar antara 25-75 ribu per jam, pasti tidak akan sekaya pengusaha. Gaji dosen pada umumnya terutam di swasta, berkisar antara 1.5 hingga 3 juta, tergantung dari besar kecilnya kampus dan jumlah sks yang diajar. Dalam hal ini dosen memang akan sama dengan tukang becak. Kalau tidak mengayuh ya tidak akan mendapatkan uang. Dosenpun begitu, kalau tidak mengajar ya hanya mendapatkan gaji pokok dan tunjangan saja tanpa ada insentif kelebihan sks mengajar. Lalu bagaimana dosen bisa punya penghasilan cukup? Ya. Seorang dosen memang tidak boleh tetap tinggal di kampus saja. Dosen harus keluar dari kandang pengajarannya. Ada banyak hibah penelitian, hibah pengabdian pada masyrakat yang siap didanai oleh pemerintah asal mengirimkan proposal kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyrakat. Bila dosen tersebut rajin menulis buku ajar, maka draft bukunya bisa diusulkan untuk mendapatkan dana hibah. Namun yang paling banyak saya temui, dosen juga punya pekerjaan lain di luar. Bisa sebagai konsultan, trainer, maupun memiliki usaha lain. Dalm arti kata, seorang dosen harus bisa survive di luar, agar dia bisa bertahan hidup sebagai dosen di dalam kampusnya. Jadi, bukan barang haram bila dosen melakukan poligami pekerjaan dan membangun pengalaman empiriknya di luar kampus. Bahkan, penilaian Borang Akreditasi saat ini, memberikan nilai yang tinggi pada jurusan apabila dosen-dosennya memiliki kiprah keilmuan di luar kampus. Misal sebagai pembicara di sebuah seminar, pengurus organisasi, trainer, atau kegiatan lainnya. Namun tentu saja jangan sampai kegiatan di luar malah mengabaikan tugas pokok dosen sebagai pengajar dan pendidik di kampusnya. Dosen yang tidak mengajar dan membimbing mahasiswa pasti bukanlah dosen yang sebenarnya. Yah boleh dibilang dosen abal-abal atau dosen KTP saja yang ke kampus kalau ada perlunya saja untuk mengurus sertifikasi dosen dengan berharap uang dari tunjangan serdos. Ya. Menjadi dosen merupakan pilihan hidup sesuai filosofi dan jiwa yang dimiliki masing-masing individu. Memang bila ingin menjadi kaya raya, sebaiknya menjadi pengusaha saja jangan menjadi dosen. Namun bila Anda ingin bahagia dan awet muda, saya sarankan untuk menjadi dosen saja.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun