Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menimbang Olahraga di Bulan Puasa

4 Juni 2017   01:51 Diperbarui: 4 Juni 2017   16:32 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: zonabugar.com

Puasa kadang dijadikan alasan untuk tidak berolahraga. Berubahnya pola hidup terutama makan dan minum serta istirahat dijadikan dalih untuk mengurangi aktivitas fisik. Padahal kebugaran tubuh tetap diperlukan, tidak hanya untuk menjalani rutinitas juga melewati ziarah iman selama sebulan penuh.

Apa yang dicemaskan tersebut di sisi tertentu cukup berdasar. Hal ini diakui oleh dr. Zaini K. Saragih Sp.KO, sport medicine physician dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Dokter spesialis keolahragaan tersebut mengaku ada kecenderungan umum saat bulan puasa terutama di negara-negara rumpun Melayu. Beberapa kecenderungan, untuk tidak mengatakan kebiasaan, tersebut adalah malas-malasan (less physical activity), makan sedikit (less eat), makan banyak dan tidak beraturan (bad eating), tidur berkurang (less sleep), dan “balas dendam” setelah Ramadhan.

Beberapa kecenderungan itu kemudian mengemuka dalam beberapa pertanyaan. Apakah perubahan tersebut karena proses metabolisme dalam tubuh atau tersebab mindset atau pola pikir yang keliru?

Secara umum tubuh membutuhkan keseimbangan, termasuk dalam urusan energi. Keseimbangan itu mengacu pada energi yang masuk dan energi yang keluar. Apa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan (food intake) dan energi yang dikeluarkan selama beraktivitas (energy expenditur) berjalan seimbang.

Selama bulan puasa keseimbangan itu menghadapi tantangan. Salah satunya karena perubahan pola makan. Sangat jelas perbedaan pola makan saat hari-hari biasa dan selama Ramadhan. Bila diluar masa puasa tubuh mendapat pasokan makanan dari tiga kali jam makan (pagi, siang dan malam) ditambah saat ekstra di antara jam-jam tersebut, saat puasa tubuh hanya mendapat asupan makanan di pagi hari saat sahur, dan selanjutnya saat berbuka puasa. Jeda di antara sahur dan berbuka cukup panjang, diantarai puasa makan dan minum selama 13 jam. Baru setelah berbuka, tubuh bisa mendapatkan asupan ekstra dengan jeda waktu sesuai keinginan.

Begitu juga waktu istirahat. Di waktu normal, tubuh mendapat waktu istirahat hingga sembilan jam. Sementara di bulan puasa tubuh hanya beroleh waktu jeda selama lima jam. Bila ketidakseimbangan ini terjadi maka akan berdampak pada tubuh, terutama berat badan. Entah berat badan bertambah atau sebaliknya.

Menarik dicatat, seperti disampaikan dr.Zaini, pada orang dewasa kelebihan energi akan membuat ukuran sel lemak kian membesar, yang terlihat pada tubuh yang semakin gemuk.Sementara pada anak-anak kelebihan energi itu tidak membuat ukuran sel  lemak membesar, tetapi sel-selnya akan semakin bertambah.

“Jumlah sel tersebut akan dibawa sampai dewasa. Anak-anak yang terlalu gemuk menjadi tidak sehat,” tegas dr.Zaini sambil menerangkan bahwa lapisan kulit hitam di belakang leher anak yang gemuk menunjukkan adanya gangguan pada metabolisme tubuh, bukan kelainan kulit.

Proses metabolisme dalam tubuh sangat ditentukan oleh insulin. Hormon yang diproduksi di pankreas ini amat berperan dalam metabolisme lemak dan protein.  Insulin akan menyebabkan gula dalam darah bisa masuk ke dalam sel tubuh.  Maka tak heran bila tubuh akan lemas saat tidak makan dan minum, lantaran insulin tidak keluar sehingga gula tidak masuk dalam sel. Insulin membantu menyerap glukosa dari sirkulasi darah dan menyimpannya sebagai glikogen di hati dan otot sebagai sumber energi.

Belakangan ilmuwan telah menemukan cara untuk memasukan gula ke dalam sel tanpa insulin. Menurut keterangan dr.Zaini, terdapat alat pengangkut lain yang disebut glucose transporter4 (GLUT 4). Alat transport ini hanya bisa berfungsi saat ada aktivitas fisik. Saat berolahraga  GLUT 4 akan keluar sehingga tidak perlu menunggu insulin untuk mengkondisikan masuknya gula dalam darah ke sel tubuh. Tak heran setelah berolahraga tubuh akan terasa segar.

Karena itu menurut dr.Zaini, “Selama puasa diusahakan harus tetap bergerak. Makin tidak gerak maka makin lemas.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun