Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Cita-cita Anak Berbeda dengan Keinginan Orang Tua

22 Januari 2017   07:19 Diperbarui: 22 Januari 2017   07:35 7568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak (sumber: pixabay.com)

Ini pengalaman saya bertahun-tahun yang lalu. Tepatnya pada saat saya baru lulus kuliah. Seperti semua orang yang baru lulus kuliah, saya mulai mencari-cari pekerjaan. Melamar kesana kemari dengan penuh semangat dan harapan. Oiya, saya adalah seorang lulusan Teknik Mesin dengan konsentrasi Konstruksi/Perancangan. Cerita saya lanjutkan. Jadi waktu itu saya sedang asyik-asyiknya mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Setiap ada lowongan di pabrik, pasti saya lamar.

Tapi, ternyata orang tua saya berpikir lain. Orang tua saya adalah karyawan bank. Mereka tentu tahu banyak seluk beluk kerja di bank. Gimana enaknya kerja di bank. Penghasilan yang bisa diperoleh di bank. Belum lagi penampilan yang necis dengan kemeja lengan panjang, mungkin dasi, dan celana panjang lengkap dengan sepatu berkilau. Keluar masuk gedung bertingkat sang pencakar langit. Beda dengan image pekerja pabrik yang kotor dan dekil. Sebagai orang tua, pasti ingin anak mereka menjadi seperti mereka. Ingin anak-anaknya juga sukses seperti mereka. Mengikuti jejak mereka.

Alhasil, saya dipaksa masuk bank oleh ibu saya. Setiap hari bilang, “Enak kerja di bank, udah kerja di bank aja, ntar bisa begini begini begini, bla bla bla.”, dan seterusnya.

Bangun tidur, keluar kamar, ketemu ibu, beliau bilang, “Udah, bank, bank.”

Selesai mandi, keluar kamar mandi, “Bank.”, kata ibu saya.

Lagi makan, ditemenin ibu, “Kapan mau ngelamar kerja di bank?”

Hidup saya waktu itu dihantui oleh bayangan kerja di bank pada saat itu, hehehe..

Akhirnya saya menyerah. Oke. “Saya ikut.”, kata saya.

Saya pun mengajukan lamaran ke bank. Dan dipanggil untuk menjalani tes pertama.

Pada saat tes pertama itu, saya diminta untuk membuat tabel dan surat resmi tentang apa lah yang saya tidak ngerti isinya. Cuma di tes kemampuan saya untuk membuat tabel, mengetik, dan surat menyurat. Benar-benar tes yang jauh dari bayangan saya sebagai seorang lulusan Teknik Mesin yang ingin bekerja di pabrik, hahaha..

Tes pertama pun lolos. Masa cuman ngetik-ngetik doang ga bisa, hahaha..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun