Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kue Rangi, Nasibmu Kini

8 September 2017   23:09 Diperbarui: 10 September 2017   08:10 7483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukang Kue Rangi (Dokumentasi Pribadi)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan komunikasi digital telah membuat perubahan di berbagai aspek kehidupan. Mulai dari kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Termasuk perubahan dan perkembangan yang terjadi pada bidang kuliner atau makanan.

Para digital native (baca: anak-anak zaman sekarang) --terutama di kota-kota besar- saat ini sudah dan sedang diserbu dengan makanan-makanan fast food (makanan siap saji) yang berasal dari luar negeri dan/atau negara barat, seperti fried chicken, french fries, spaghetti, steak, dan lain sebagainya. Sehingga mereka tidak begitu familiar bahkan tidak mengetahui makanan-makanan tradisional yang pada zaman dahulu -sebelum internet ada-  menjadi makanan yang disukai oleh anak-anak saat itu. Makanan-makanan tradisional tersebut sebenarnya lebih sehat karena tidak menggunakan pewarna dan/atau pengawet makanan buatan.

Sore tadi (08/09/2017) sekitar pukul 5, lewat dua orang penjual makanan sedang menjajakan makanan daganganya dengan menggunakan dorongan. Yang satu menggunakan dorongan dengan cara dikayuh menggunakan sepeda yang sudah dimodifikasi, yang satu lagi menggunakan dorongan dengan jalan kaki. Yang menggunakan dorongan bersepeda adalah penjual Hamburger, sementara yang menggunakan dorongan dengan jalan kaki adalah penjual makanan tradisional yang saya kenal dan sering makan waktu kecil, yaitu Kue Rangi.

Di kalangan para digital native, Kue Rangi mungkin sangat asing dan kurang menarik. Ini terbukti dari pilihan mereka ketika kedua penjual ini lewat di hadapan mereka. Mereka lebih memilih Hamburger dibanding Kue Rangi. Apakah ini dikarenakan dorongan yang digunakan berbeda? Dorongan hamburger lebih bagus dibanding dorongan tukang Kue Rangi. Ataukah karena usia abang penjualnya berbeda? Abang tukang Hamburger lebih muda, sementara penjual Kue Rangi terlihat lebih tua. Saya tidak tahu persis penyebabnya. Tetapi saya berasumsi bahwa mereka mungkin tidak tahu apa itu Kue Rangi . Hal ini bisa diakibatkan sudah jarangnya penjual Kue Rangi atau bahkan di beberapa tempat sudah hilang. 

Melalui tulisan ini, saya ingin mencoba berbagi hasil wawancara kecil saya dengan penjual Kue Rangi tentang apa itu Kue Rangi, yang belakangan saya ketahui namanya adalah Pak Yamin.

Kue Rangi adalah kue tradisional berbentuk hampir setengah lingkaran yang berbahan dasar tepung sagu yang dicampur dengan kelapa. Tepung sagu dan kelapa ini dicampur dengan diberi air sedikit kemudian diaduk sehingga menjadi adonan yang tidak basah dan juga tidak kering. Untuk mematangkannya, adonan ini dicetak memakai cetakan-cetakan kecil berbentuk setengah lingkaran yang berjajar.

Mencetak Kue Rangi (Dokumentasi Pribadi)
Mencetak Kue Rangi (Dokumentasi Pribadi)
Lalu sebagai toppingnya dibuat seperti lem yang berbahan tepung sagu dan gula merah atau gula jawa yang dicampur dengan air lalu dipanaskan sehingga menjadi adonan seperti lem. Toppingnya ini dioleskan di atas Kue Rangi dengan posisi menghadap ke atas.  

Topping Kue Rangi (Dokumentasi Pribadi)
Topping Kue Rangi (Dokumentasi Pribadi)
Berbicara tentang rasanya, menurut saya rasanya unik dan enak dengan campuran rasa sagu dan kelapa serta rasa manis gula merah dengan sedikit sensasi lengket.

Demikian penjelasan singkat tentang Kue Rangi. Semoga kue tradisional ini tidak tergerus oleh derasnya perkembangan dunia kuliner modern. Sehingga anak cucu kita kelak masih bisa merasakan kue-kue tradisional asli bangsa sendiri yang bebas dari bahan pengawet dan pewarna makanan buatan, sehingga tubuh mereka terhindar dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh fast food atau junk food. []

 Cecep Gaos, S.Pd

Guru SD Puri Artha Karawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun