Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kesabaran Sacramento Kings

6 Januari 2019   16:12 Diperbarui: 10 Januari 2019   07:38 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja Tyreke Evans (2009) yang musim ini menjadi pelapis Victor  Oladipo, Hassan Whiteside (2010) yang sekarang menjadi starter di Miami Heat, Bismack Biyombo yang sempat naik daun Bersama Toronto Raptors di babak playoff beberapa tahun lalu, Omri Caspi (2009) yang musim lalu ikut membawa Golden State Warriors masuk babak delapan besar sebelum tidak dilanjutkan kontraknya, atau Nik Staukas yang musim ini menjadi pelapis CJ McCollum atau Damian Lillard di Portland Trail Blazers. 

Beberapa nama hanya sekedar disebutkan namanya saat malam draft, misal Zach Collins, Gary Trent, dan pemain yang ditukar dengan draft Bogdan Bogdanovic, Marquese Chriss. Mereka langsung berganti tim beberapa saat setelah draft mereka diumumkan. Meskipun begitu, mereka  dianggap pemain muda yang menjanjikan.

Rudy Gay, DeMarcus Cousins, ma Willie Cauley-Stein (trio raksasa King pada zamannya), foto dari 2k17
Rudy Gay, DeMarcus Cousins, ma Willie Cauley-Stein (trio raksasa King pada zamannya), foto dari 2k17
Dari semua draft yang bermain bagi Kings, tidak semua draft tersebut sempat menunjukan potensinya ketika bermain bagi Kings. Paling hanya Demarcus Cousins (2010) yang membuktikan diri layak dan memang masuk all star saat masih berseragam Kings. Sebagian lagi malah makin bersinar setelah hijrah ke tim baru, misalnya Isaiah Thomas (2011).
riwayat draft kings satu dasawarsa terakhir (basketball-reference)
riwayat draft kings satu dasawarsa terakhir (basketball-reference)
Mengingat prestasi Kings yang tidak pernah lebih baik dari posisi 11 besar, pemilik Sacramento Kings menunjuk Vlade Divac sebagai wakil presiden dan advisor pada awal musim 2015 dan menjabat sebagai General Manager saat pertengahan tahun.

Penunjukan mantan bintang Kings di era 90-an, tidak bisa dibilang mulus. Di mata fans tim-tim lain, Divac dianggap sebagai manager spesialis pengangkut big man sekaligus pengontrak pemain dengan harga tinggi agar mau bergabung ke Sleep Train Arena (atau stadium baru Golden 1 Center yang mulai dipergunakan musim 2016/17). Tercatat dalam empat musim terakhir, Kings rata-rata punya empat sampai enam pemain yang bertinggi lebih dari dua meter.

Saya sendiri bisa menerima logikanya, pemain yang tinggi minimal akan menutupi ruang tembak meski tidak begitu piawai bertahan, apalagi jika rentang tangannya Panjang. Bukan cuma big men, dalam empat musim terakhir, mereka juga banyak diperkuat guard mungil semacam Ty Lawson, Darren Collison,  Rojon Rondo, George Hill, atau Marco Belinelli.

Kelimanya jelas bukan nama sembarangan. Di luar Ty Lawson yang belum beredar lagi di NBA, empat nama berikutnya turut membawa tim barunya masuk babak playoff, termasuk Belinelli yang baru bergabung ke Philadelphia 76ers selepas all star dari Atlanta Hawks  dan turut mengantarkan 76ers hingga babak kedua playoff wilayah timur

Meski diperkuat pemain bagus, pemain seperti Hill bermain tanpa semangat dan arah musim lalu, meski punya kontrak yang besar. Hill memang lebih diproyeksikan membimbing DeAron Fox yang musim ini tampil gemilang. Hill baru menunjukkan permainan terbaiknya usai bergabung dengan Cleveland Cavaliers.

Channel: Freedawkins

Kegemilangan Fox terlihat dari jump shotnya yang makin baik, meski tidak sebaik tembakan tiga angkanya. Sejak musim lalu saya belajar bahwa shooter yang bagus salah satunya harus mampu melakukan step back three, menembakan tembaka  tiga angka dengan terlebih dahulu mundur satu langkah ke belakang agar memiliki ruang tembak yang lebih baik. 

Itulah senjata baru Fox Yang sering terlihat musim ini. Gaya itu biasa dipakai Steph Curry dan James Harden. Sayang midrange Fox belum terlalu konsisten terutama jika ditempel defender tinggi dengan defense yang bagus.

Fox rela ngejar pemaen demi nutup ruang tembak (Thinking Basketball )

Meskipun masih telihat banyak kekurangan, identitas tim ini lebih jelas sekarang. Kings mengandalkan visi, kecepatan, serta kemampuan Fox dalam menyelesaikan serangan di bawah jaring. Visi dan kecepatan inilah membuat Fox dinilai berbahaya.  Terlebih jump shot Fox lebih konsisten dari musim lalu. Buat saya, jump shot Fox sekarang sedikit lebih konsisten dari Ricky Rubio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun