Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wak Saleh Milih Mantu

16 Februari 2017   17:35 Diperbarui: 16 Februari 2017   18:11 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah saban hari ini Nyak Kareminah, bini Wak Muhammad Saleh pulang-nganting kayak setrikaan di depan rumah, nengok ke jalan sambil ngelinting-ngelingting ujung kebaya encim, nunggu-nunggu Raihana Kumbara belum balik juga.

Itu anak perawannya, sudah sedari siang tadi pamit dibawa jalan sama anak bujang, anak siapa tahu! Belum balik juga, sampai hari sudah mau magribh.

"Mau selop situh dobol juga nyak, pulang-nganting dari ruang tamu ke depan teras rumah!” Tegur Wak Saleh, lakinya Kareminah, yang duduk selonjoran di bale kipas-kipas, pakai kipas anyaman bambu, lalu lanjut ngomong, “kalau itu anak belum waktunya datang, kagak bakal ngaruh, nyak!"

Belum mingkem mulut Wak Saleh, sedan silver meluncur ke depan rumah, mengantar anak perawan mereka pulang. Lalu keluar keduanya diantar anak bujang yang cakep banget, Byron Khafka.

"Asalamuallaikum Beh, ini Byron!" Kata anak bujang itu, menghampiri Emak-Babeh di depan rumah yang menyampak kedatangan mereka, sambil bawa duren tiga kepala, lalu dikasih ke Wak Saleh, buat oleh-oleh, "Bawa sana Beh, kupas dulu kalau mau dimakan."

"Jabangbayi!” Rutuk Wak Saleh, “Orok meletek juga tahu makan duren dikupas dulu, Tong! Masa gue mau gerogotin cucuk-cucuknya ni duren beranak!" Wak Saleh gelagat-gelagatnya kayak lagi darting, alias darah tinggi sindrom usia lanjut.

"Terus nih duren, gimana Beh?" Byron menimpali, sekena-kenanya.

"Jabangbayi, elu nyuruh gue tong? Nyelutak amat, siapa elu?! Lah lu bawa sono ke dalem sendiri!"

"Keknya aye salah mulu, Beh?" Sahut Byron, gelagapan salah tingkah menghadapi Babehnya Raihana.

"Siapa yang Babeh? Emang gue siapa elu!" Sahut Wak Saleh, nyolot. Mati lah Byron, rasa-rasanya bakal jadi perkara ini hari.

Raihana menyikut isyarat, supaya si ayank cakepnya Byron Khafka tak menanggapi si Babeh. Perawan cantik itu mecium tangan orangtuanya, "Salamualaikum Nyak-Babeh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun