Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ah, Dasar Kapir luuu!

3 Maret 2019   22:51 Diperbarui: 4 Maret 2019   08:39 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan kata 'kafir'sekarang ini lagi ramai diperdebatkan. Gara-garanya NU menyarankan agar Warga Negara Indonesia yang beragama non-Muslim tak lagi disebut sebagai kafir. Kata kafir dianggap mengandung unsur kekerasan teologis. Sebagian orang mendukung dan sebagian lagi menentang pendapat itu.

Sebetulnya bukan cuma kata 'kafir', sebelumnya juga ada beberapa kata yang pernah menjadi bahan polemik. Misalnya kata 'cina'. Kata ini dianggap mempunyai konotasi negatif. Sebagian orang mengategorikan kata ini ke dalam daftar kata hinaan. 

Metro TV malahan udah mengganti pelafalan kata 'Cina' dengan 'Cai-na'. Konon penggantian istilah tersebut memang diimbau oleh Pemerintah RRC langsung. Mereka juga merasa kata 'Cina' terasa sumbang di hati orang Cinanya sendiri.

Suatu saat saya lagi ke pasar buat belanja makanan berbuka puasa. Di jalan saya ketemu tetangga saya Ceng Ceng. Dia nanya, "Mau ke mana, Bud?"

"Ke pasar. Disuruh emak gue beli makanan buka puasa," sahut saya.

"Oh, mau beli apa kalo boleh tau?"

"Anu...gue mau beli pacar Chinese, nih...".

Abis ngomong gitu, saya merasa aneh sendiri. Mana ada makanan pacar Chinese? Kan udah biasa kita nyebutnya dengan pacar cina? Tapi kalo saya nyebut 'cina' ntar dia marah lagi.

Seorang dosen saya, Sapardi Djoko Damono, pernah ngomong gini, "Sebuah kata sangat tergantung bagaimana kita memaknainya!"

Dan saya percaya banget soal itu. Karena semuanya berpulang pada niatnya, kan? Sebuah kata yang paling manis pun akan terasa pahit kalo niatnya emang ga baik. Saya punya contoh tentang penutur yang memaknai sebuah kata dengan memberi konotasi yang tidak disangka-sangka. Ceritanya begini.

Temen saya punya dua orang adik laki-laki. Usianya 10 tahun dan lainnya 8 tahun. Keduanya nakalnya audzubillah! Pokoknya kalo kelamaan bersama mereka dalam satu ruangan, hhhh bisa stroke saya. Ada aja kelakuan mereka yang membuat sakit kepala. Sebagaimana layaknya adik-kakak di mana pun, suatu hari mereka bertengkar. Entah belajar darimana, mereka saling mencaci satu sama lain dengan bahasa yang sangat kotor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun