Kembali ke perihal awal. Dengan Cook's tour plan dapat dianalogikan begini:
Serombongan orang dari Jakarta hendak menuju Bandung. Mencapai Bandung adalah hasil (result). Road map untuk mencapai hasil ada beberapa pilihan dan cara. Jika menggunakan cara biasa, maka mereka menggunakan kendaraan pribadi atau umum, lewat jalan tol, lalu duduk nyaman dan tiba.
Tetapi diasumsikan tidak ada kendaraan pribadi atau umum yang nyaman dan jalan tol. Perjalanan terhenti? Hasil (tujuan Bandung) tidak tercapai? Atau berkutat di tempat berdebat tentang cara?
Jakarta ke Bandung bisa ditempuh dengan banyak jalan: lewat tol; lewat Puncak, Sukabum, atau bahkan Surabaya. Bisa berbagai cara: naik mobil, bus, kereta api, sepeda-motor, sepeda pancal, atau bahkan berjalan kaki.
Cook's tour plan mengajarkan: tempuhlah apapun jalannya, bagaimanapun caranya, agar tujuan tetap tercapai. Dengan kata lain, Jokowi Maruf berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai 5 negara berekonomi maju dunia, dengan road map (misi) yang ada, atau dengan cara apapun.
Saya percaya, KIM tanggap menginterpretasi komitmen itu. Beberapa menteri menggebrak dengan gestur menarik perhatian publik, terlepas dari akar permasalahanya. Barangkali ada yang diam-diam bekerja tanpa publikasi.
Mungkin ada juga yang berpikir, bingung, lalu berjalan-jalan mengelilingi ruangan kerjanya yang dingin dan luas.
Mereka yang bertahan, atau dipertahankan, adalah menteri yang mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan pesat ipoleksosbud (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya), lalu kreatif dan inovatif dalam mencapai visi-misi dimaksud.
Mereka yang tidak menggunakan perspektif Cook's tour plan, hanya mampu berkutat dengan keruwetan, jalan di tempat lalu akan ketinggalan gerbong kemajuan itu, alias tidak dipertahankan atau ditinggalkan dalam perjalanan mencapai tujuan.
Sumber bacaan: 1, 2, 3, 4 dan 5