Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asam Manisnya Kepiting

2 Oktober 2019   12:00 Diperbarui: 2 Oktober 2019   12:12 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya sore masih benderang ketika udara terasa mampat. Ricky gelagapan, gelisah, tidak mampu memandang ketika ketika membuka pintu gerbang menyambut kedatangannya. 

Hari ini pria bergaris muka tegas itu mendadak harus pulang lebih cepat. Ibunya menjerang air mandi dan menyiapkan kopi untuk lelaki yang sepanjang pernikahan berjuang keras untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga. 

Ricky mengurung diri di kamar merasakan waktu yang berjalan lamban, berharap malam segera pekat. Lelap meninggalkan persoalan pelik yang dihadapinya di sekolah. Tadi siang ayahnya datang ke SMA 5 setelah mendapat pesan singkat dari Guru Wali Kelas Ricky.

###

Ricky anak yang pintar, sejak kelas sepuluh ia senantiasa memperoleh nilai bagus untuk semua mata pelajaran. Jika sistem ranking masih ada, bisa menduduki posisi tiga besar. Namun semenjak naik ke kelas sebelas, beberapa pelajaran merosot deras. 

Hal itu terjadi setelah ia bergabung dengan anak-anak pelajar yang sering nongkrong di trotoar seberang pusat perbelanjaan dekat SMA 5. Merokok, mengganggu siswa lainnya, bolos sekolah bahkan sebagian mengkonsumsi minuman beralkohol. Beberapa kali Ricky terlihat berkumpul bersama teman-temannya pada jam pelajaran sekolah.

Khawatir atas perkembangan negatif tersebut, maka Guru Wali Kelas menghubungi ayah Ricky setelah segala upaya memperingati tidak membuahkan hasil. Itu puncak segala ketakutan Ricky, bagaimana cara menghindari kemarahan ayahnya yang dikenal keras.

Ricky tidak khusyuk melaksanakan ibadah shalat Maghrib. Tak berapa lama kemudian ibunya membuka kamarnya bertutur lembut: "Nak.... dipanggil ayahmu"

Membayangkan betapa murka, bahkan mungkin ayahnya akan memukul dengan seutas ikat pinggang, Ricky semakin menciut nyali menemuinya.

Lelaki gagah itu berkata  datar: "Ricky kita berdua makan malam di luar. Ibu tidak masak hari ini, kurang begitu sehat, dan minta dibungkuskan saja nasi goreng. Kita ke warung seafood...."

Sejenak Ricky tercengang dengan sikap ayahnya yang diperkirakan akan menembakkan serentetan kegusaran atas perilaku anak semata wayangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun