Mohon tunggu...
Maksimus Adil
Maksimus Adil Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta dunia, pendamba perdamaian dan perindu kesejahteraan bagi semua...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecaman Atas Ketidak-patutan

11 Oktober 2011   18:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Catatan alakadar tentang teks dari Lukas 11: 42 – 46.

Bacaan kitab suci hari ini (12/10/2011) merupakan lanjutan dari bacaan kemarin (11/10/2011). Ada beberapa hal yang dikecam Yesus dalam teks ini. Yang pertama, sikap yang tidak seimbang, membayar persepuluhan tetapi tidak bertindak adil dan kasih (mengabaikan keadilan dan kasih Allah).

Kedua, Kebiasaan para pemuka umat yang suka duduk paling depan di rumah ibadat dan gemar menerima penghormatan dari orang lain.

Ketiga, Tidak mempunyai ciri atau pegangan hidup

Keempat, meletakkan beban-beban yang tak terpikulkan pada orang lain, tetapi diri sendiri tidak mau menyentuhnya.

Sikap-sikap yang dikecam Yesus di atas masih ada hingga kini. Kalau Yesus masih hidup bersama kita secara fisik hingga sekarang, Dia pasti mengkritisi banyak hal, seperti pertama, sikap hidup yang tidak menampkkan koneksi antara hal rohani dan jasmani. Melakukan ritual-ritual keagamaan tetapi tidak berlaku adil dan kasih kepada sesama adalah contoh sikap yang tidak disukai Yesus. Yesus menyukai keseimbangan, kualitas hubungan vertical dengan Tuhan harus tampak dalam hubungan horizontal dengan sesama.

Yesus juga pasti mengkritisi dengan keras sikap hidup yang melulu ingin dihormati karena berjubah misalnya, tetapi tidak rendah hati. Maunya di hormti atau diberi salam bila bertemudi mana pun.

Korupsi yang terus memburuk kondisinya pasti juga menjadi objek kritikan Yesus. Termasuk di dalamnya kebiasaan untuk menghindar dari tanggung jawab dan melemparkannya kepada orang lain.

Catatannya, masih sangat panjang, tetapi mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun