Mohon tunggu...
Ahmad Yani
Ahmad Yani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tak Ada Kata Terlambat Belajar. Kalau berkenan bisa kunjungi http://blogeraan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anak Panti Asuhan Yang Rindu Orangtua

5 November 2013   23:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Anak Panti Asuhan [caption id="attachment_276245" align="alignnone" width="300" caption="Sebagian anak panti asuhan bina Insani Bintan, Provinsi Kepulauan Riau sedang berpose dengan pengasuhnya Muhammad Yatim. Foto Pribadi"][/caption] Jam sudah menunjukan pukul 13.00 Wib, saat tiba di panti Asuhan Bina Insani yang terletak di Kampung Sidomulyo, Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri Selasa (5/11/2013). Anak panti ini baru saja selesai melaksanakan sholat zuhur.

Setibanya saya di panti asuhan ini, tanpa basa basi anak panti asuhan tersebut langsung menyambut dan menghampiri sembari menggulurkan tanganya menyalami setiap yang datang ke panti asuhan ini. Anak panti ini sangat santun dan sopan. Mereka sangat didik dan dibina untuk menyambut orang yang lebih tua dari mereka. Dan menghargai siapapun yang datang di panti ini.

Ada juga yang sedang asik bermain seperti anak-anak biasa, bercanda dan tertawa. Sebagian ada yang sedang mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) yang dibagikan pihak sekolah. Sementara di dapur, ada yang sedang memasak, membersihkan dapur dan menyaipakan hidang makanan.Belasan anak panti sedang makan bersam-sama. Yang perempuan menggenakan jilbab dan lelaki ada yang menggunakan kain sarung dan peci. Usai menyantap makanan, mereka ada yang bersih dan ngobrol di sekitar panti asuhan. keramahan anak panti ini membuat saya jadi terharu dan sangat berkesan dengna mereka. Cahaya kecerian disetiap sudut wajah mereka sangat terpencar. Meskipun mereka hidup jauh dari orangtua dan diasuh orang lain, namun mereka tetap bahagia.

Anak panti asuhan Bina Insani merupakan anak yatim piatu. Dan ada juga yang memiliki orangtua, namun orangtua mereka tidak mampu untuk membiayai hidup mereka. Sehingga orangtua mereka lebih memilih menitip anaknya di panti asuhan ini.

Namun, orangtua mereka jarang menitip anaknya di panti asuhan ini waktu yang lama. Mereka dijemput orangtua mereka ketika mereka sudah mampu untuk merawat dan memelihara anak yang mereka titip di panti Bina Insani Kelurahan Sei Lekop ini. Usia anak-anak yang dititip di panti asuhan ini bertingkat, ada berusia 4 tahun, hingga belasan tahun. Mereka semuanya dapat mengenyam pendidikan bangku, ada Sekolah Dasar, SMP hingga SMA. Ada satu orang yang sedang kuliah keperawatan di Tanjungpinang. Mereka yang dititip semunya melanjutkan sekolah dasar tidak ada yang tidak bersekolah. Biaya sekolah ditangung pemerintah setempat. Tak heran, anak panti ini semuanya bisa membaca dan menulis. Panti asuhan bina insani yang dikelola Muhammad Ali jumlahnya mencapai 44 orang. Mereka berasal dari berbagai provinsi. Ada dari Dumai, Bengkalis, Guntung, Kundur, Batam, dan Bintan.

Rindu Dengan Orangtua Sebut saja Nabila dan Rio. Dua kakak beradik berasal dari Dumai Provinsi Riau. Mereka sudah dua tahun dititp orangtuanya di panti Asuhan Bina Insani. Orangtua mereka tinggal dan bekerja di Dumai. Nabila yang masih belajar di Madrasah Islamiyah (MI) Kijang, mengaku sangat rindu kepada orangtua mereka di Dumai itu.

[caption id="attachment_276247" align="aligncenter" width="1229" caption="Rian (baju merah) sedang duduk santai dengan tiga kakanya Nabila (kanan))"]

1383667835708946410
1383667835708946410
[/caption]

"Rindu bang sama sama ibu dan ayah. Tapi orangtua saya tinggal di Dumai, mereka bekerja disana," kisah Nabilah, yang mengaku sudah dititp orangtuanya dua tahun lalu, kini Nabila sedang belajar di MI.

Meski jarang mendapatkan kasih sayang dari orangtua, Nabila mengaku orangtuanya selalu datang melihat mereka di panti asuhan. Sosok orangtua selalu ia bayangkan. Ia pun mengiginkan kasih sayang orangtua. "Kemarin pernah mereka datang melihat kami berdua, saya dan Rian," kata Nabila, anak panti yang menggunakan jilbab itu.

Sementara, adek Nabila yang baru berusia 4 tahun ini sangat senang bermain dan ramah sekali. Ketika ditanya, ia sangat cepat menjawab. Rio tampak begitu cerdas.  Rian  saat ini sedang belajar di PAUD panti asuhan ini. Meski usianya baru 4 tahun sudah ditinggal orangtuanya, Rio sangat senang tinggal di panti asuhan dan bermain dengan teman-teman senasib dan sebaya denganya. Cara berbicara Rio sangat bagus, walaupun usianya baru 4 tahun. Ia seperti sosok orang dewasa. "Senanglah bang, banyak teman bermain. Saya lagi belajar bang di PAUD," kata Rio

Selain dua kakak beradik Nabila dan Rian. Teman-temanya juga senasib seperti Nabila dan Rian. Dititip di panti asuhan karena kemiskinan yang menghimpit orangtua mereka. Azman Abu Bakar, berusia 12 tahun dititip orangtua mereka karena tidak mampu untuk membiayai hidup anaknya.

“saya dititip di panti karena orangtua tidak mampu untuk menyekolahkan saya,” cetus Azman Abu Bakar

Ada juga cerita lain yang saya dapati dari kisah hidup anak panti asuhan di Bina Insani ini. Ada anak panti Asuhan Bina Insani yang tuna wicara. Ia tidak bisa berbicara sedikitpun, namanya Leonardi. Meski Leonardi tidak bisa berkata-kata, namun Leo sapaanya tetap bersekolah. Ia sama dengan anak yang lain, dititip di panti karena orangtua mereka tidak sangup untuk membiayai sekolahnya.

[caption id="attachment_276249" align="alignnone" width="1229" caption="Leonardi (baju hitam), ia satu-satunya anak panti yang tidak bisa berbicara"]

1383667963292183589
1383667963292183589
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun