Mohon tunggu...
Bikurmatin
Bikurmatin Mohon Tunggu... Administrasi - Jangan Mempermasalahkan Masalah Yang Belum Terjadi

Facebook: Biqe purpleloverz Instagram: Bikurmatin888 Find my others article on www.asalnulis.xyz/biqe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Taman Impian", Memunculkan Kembali Budaya Anak-anak Bermain di Luar Rumah

4 Oktober 2019   09:07 Diperbarui: 4 Oktober 2019   09:31 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tulisan kali ini saya akan mengulas tentang salah satu objek "Wisata" yang terbaru dan letaknya masih di desa tempat saya tinggal sendiri. Yups, sesuai judulnya, Taman impian adalah taman desa yang dibuat atas inisiatif Pak RT dengan tujuan menyenangkan anak-anak di lingkungan sekitar. 

Bermodalkan lahan sepetak yang berada di pinggir parit mulailah Taman Impian Dibangun, ditanami dengan bunga-bunga, ada juga ayunan, jungkat jungkit dan gazabo-gazebo mini, pembangunan Taman tentu saja masih bersifat swadaya dari Pak RT setempat. 

Dengan adanya taman tersebut otomatis anak-anak mulai ramai berdatangan, terutama pada sore hari dan malam hari. awalnya hanya anak-anak sekitar saja, kini anak-anak desa tetangga pun mulai berdatangan bermain di Taman Impian.

Di desa tempat saya tinggal lahan terbilang masih cukup luas, akan tetapi berbeda dengan era saya masih anak-anak dahulu kami masih suka sekali bermain-main di pekarangan belakang rumah warga yang disebut "kebon", membuat gubuk dari daun pisang kering, bermain pasar-pasar an menggunakan bahan-bahan yang ada di kebon, ga peduli pulang badan kotor semua, gatal-gatal yang penting kita enjoy saja, dan alhasil kebon zaman kecil saya dulu jadi bersih karena dijadikan tempat bermain sehari-hari.

Semenjak adanya gadget, anak-anak kekinian mulai meninggalkan kebon sebagai sarana bermain dan beralih ke gadged, lebih menyenangkan, praktis, ga pake kotor-kotor, dan ga usah keluar rumah. 

Beberapa orang tua memang mungkin lebih senang melihat anak-anak mereka dirumah saja bermain gadget daripada bermain diluar rumah karena takut kotor, cedera dan sebagainya tanpa mereka tahu bahwa terlalu banyak bermain gadged juga akan menimbulkan "cedera" yang lebih parah untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka. 

Kini apabila masih tersisa kebon di lingkungan desa saya maka kebon tersebut lebih mirip seperti hutan belantara karena tidak pernah dijamah manusia dan oleh pemiliknya belum dimanfaatkan sepenuhnya. 

Tapi dengan adanya Taman Impian yang dikonsep seperti taman Kota tapi berada di desa, anak-anak sekitar lingkungan mulai tertarik untuk bermain diluar rumah, bermain ayunan, jungkat-jungkit, kejar-kejar an yang akhirnya bisa menimbulkan kebiasaan baru pada mereka, yaitu bertemu teman dan bermain diluar rumah.

Taman Impian juga berkembang menjadi spot yang cukup menarik untuk foto-foto karena disediakan beberapa spot untuk berfoto-foto yang tentunya gratis. 

Tapi karena keterbatasan lahan salah seorang pemilik lahan kosong di desa saya tergugah untuk meminjamkan lahannya untuk pengembangan taman impian. 

Kini di taman impian juga disediakan taman baca dimana buku-buku nya didapatkan dari hasil sumbangan sukarela warga setempat, jadi Taman impian bukan cuma untuk anak-anak saja, buat orang dewasa yang mau menambah pengetahuan buat membaca juga bisa datang kesini sekaligus foto-foto buat nambah stok foto profil. hehehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun