Mohon tunggu...
Gina Nelwan
Gina Nelwan Mohon Tunggu... Bankir - Banker/AnimalsLover/ContentCreator

Blog : https://www.ginanelwan.com Instagram : @ginanelwan Twitter : @ginanelwan atau @ginabicara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

KDRT, Perempuan Bisa Apa?

17 September 2019   12:28 Diperbarui: 18 September 2019   03:41 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
you blow my mind | dokpri

Saya pernah mengalami KDRT. Saya tidak berani untuk bercerita, karena menurut saya akan susah dimengerti oleh banyak orang. Karena selalu ditanggapi dengan cibiran-cibiran yang dilakukan oleh orang lain atau bahkan sesama perempuan. 

Mengungkapkan KDRT menjadikan perempuan di Indonesia terbentur akan stigma yang ada. Bahwa aib rumah tangga, aib suami akan menjadi aib keluarga dan aib kita juga (perempuan). 

Ada banyak perempuan yang memilih diam dan terus diam akan hal ini. Pembelaan menjadi tidak penting karena masyarakat terbiasa akan pandangan-pandangan konvensional dan terbentur akan sosial budaya, adat dan norma agama. 

Perempuan harus patuh dan taat terhadap suami, ini saya sangat setuju. Namun perempuan yang diredam untuk membela haknya, sepatutnya kita melawan.

Masih hangat dengan cerita, seorang wni yang mengungkapkan uneg-unegnya pada ig story, isinya meminta bantuan kepada seluruh warga indonesia, karena yang bersangkutan mengalami KDRT. 

Perempuan tersebut meminta dipulangkan ke indonesia, konon katanya telah sampai pada kekerasan fisik yang menurut saya begitu menyeramkan. 

Reaksi dari kejadian itu, direspon positif oleh netizen dan pemerintah, yang berhasil menangani dengan cepat masalah perempuan tersebut. Namun kabarnya, yang bersangkutan masih ingin tetap tinggal bersama suaminya, mungkin memaafkan suaminya dan mengurungkan niatnya untuk pulang ke Indonesia, alasannya karena banyak pertimbangan.

Kasus tersebut menjadikan contoh bahwa menjadi seorang perempuan tidaklah mudah. Ada begitu banyak pertimbangan. Seperti contoh, tidak punya uang, tidak memiliki pekerjaan, takut akan cibiran orang, takut akan kenyataan yang dihadapi. Banyak hal yang memang menjadi pertimbangan membuat perempuan, kembali hidup dalam ketidakbahagiaan. 

Kekerasan menjadi toleransi, karena berpikir jika berpisah membuat perempuan menjadi semakin susah, karena ketidakmampuan untuk mandiri. Dan mungkin akan terus disalahkan oleh lingkungan dan bahkan keluarga. Tetapi, masih banyak kok keluarga yang selalu mendukung anggota keluarganya walau sulit terasa.

Saya juga sempat berpikir bahwa, perselisihan atau perbedaan pendapat dan mengakibatkan terjadi KDRT antara suami dan isteri pun semata-mata bukan salah seorang suami. 

Ada banyak perempuan, yang belum memilki sikap akan pengendalian emosi. Dan begitu malunya, jika berkoar-koar telah disakiti suami, namun menjadi melempem dan kembali baikan hanya karena sebuah alasan "banyak pertimbangan". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun