Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagian Kedua (Habis): Ahok dan Para Sahabat

28 April 2017   11:21 Diperbarui: 28 April 2017   13:03 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Kompas.com

Pada alinea akhir Bagian Pertama tulisan ini ( Bagian Pertama: Antara Ahok, Teman Ahok, dan PDI-P, 6/3-2016), setahun lalu saya mengatakan “…, Bagian Kedua tulisan ini tidak usah ditunggu hari-hari ini (ya, setahun silam), karena baru disusul pasca Pilkada DKI Awal 2017 (ya hari ini 28/4). Saya memenuhi kewajiban saya itu untuk menyelesaikan "terawangan 'abnormal', hanya seperti paranormal...

Dinamika pulitik pilkada DKI 2017 selama setahun begitu dahsyat, nyaris tak-terkendali, karena setingkat, hingga disamakan dengan makar.  kadang dikategori tingkat tinggi-dalam-sempit melebar ke mana-mana hingga yang tidak ada sangkut-pautnya harus ikut terbawa-bawa, seperti Si Buni Yani atau Firza Husein... setahun lalu, mereka siapa? Selama pilkada dan mungkin setelah pilkada, mereka makin terkenal atau terpaksa terkenal, kena dampak guncangan gempa pulitik pilkada yang episentrumnya, bermula ada pada pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)- Saiful Djarot dan paslon Anies Rasyid Baswedan- Sandiago Salahuddin Uno, Anies-Sandi ya pemenang pilkada DKI.

Saya memenuhi janji saya itu, yang tadinya, saya ingin tulis setelah vonis hakim inkrah atas Ahok. Tapi, resonansi isu "Teman Ahok” mulai menyatu dengan banyak hal lain yang tak-kalah menarik untuk dicatat,  antara lain,"wabah bunga"  dalam bahasa simboliknya hingga nominasi Ahok sebagai calon penerima Nobel Perdamaian, dan hal lain,  sehingga saya mempercepat beberapa hari tulian ini. Sebelum dan setelah "Bagian Dua" ini, masalah pilkada DKI masih tetap hangat untuk didiskusiksan. Jadi "Habis Teman Ahok" mungkin terbitlah "Sahabat Ahok-Jarot".

Kawan-Lawan Pulitik: Nisbi dan Nafsu

Kita lama dan terbiasa mendengar, dan diam-diam atau terang-terangan mengamini adagium sesat, menurut saya: "Tidak ada lawan atau kawan abadi dalam pulitik". Puritan pulitik masih akan menambah "yang abadi hanya kepentingan", ya, political interest-nya si penganjur, bukan public interest, State and Constitution interest, tentunya. Jika konteksnya adalah kemaslahatan public, public interest (bonum publicum), maka "kawan" dan lawan" pulitik pun diatur sesuai Konstitusi negara yang disepakatai bersama. Konstitusi mengatur sifat "kesementaraan" dari persahabatan dan lawan ulitik atau oposisi (loyal opposition). Kawan dan lawan pulitik di sini bermakna konstitusional dan kenisbian.

Lalu, kapan kenisbian pulitik konstitusional itu hanya menjadi tabiat rendah kemanusiaan kita, ya, nafsu atau syahwat pulitik yang mengubah Kawan menjadi Lawan, dalam arti paling hakiki dan eksistensial: ya Kawan tanpa embel-embel-nya? Atau, bukan Kawan, tapi Lawan sekalpun, hanya karena embel-embelsalah paham dalam keseharian, karena sambal kurang garam, atau kata-kata kita "kepedasan", karena tidak diatur konstitusi, tetapi sekedar akal-sehat kita, Ibu-ibu dan Anak lebih cerdas membedakan "kawan dan lawan" sehari-hari: itu kapan melanjutkan komunikasi hidup ber-sesama, yang ngobrolnya santai langit ketujuh, atau drop hingga bara ngeri mitos eskaton. Tapi kenisbian ini sekedar antar pribadi. Konstitusinya ya, akal sehat, common sense, atau selebihnya, keunikan budaya, kebiasaan, ya hingga keunikan pribadi.

Dunia pulitik tidak menyangkal keunikan-keunikan. Kepelbagaian menjadi bagian hakiki. ekpres-ekspresi kepelbagaian. Ya, ke-bhineka-an, mempunyai kreasi masing-masing. Kebhinekaan itu memperkaya, ya. Iya menjadi bermasalah,  kalau kebhinekaan disangkal, dianggap tidak ada, dan pada saat yang sama sesuatu "dimutlakkan".  

Teman Ahok, yang kebanyakan orang muda, wajar belum masuk ke wilayah puritan pulitik, ketika dengan riang-ria mengumpulkan ktp-ktp ketika Ahok berniat maju dari jalur independen. Dengan segala arti turunannya (konotasi), "Teman Ahok" belum tentu, dan tidak harus "Kawan Ahok". Yang pasti "Teman Ahok" ada yang tetap jadi "Kawan Ahok", bahasa personalistis non-politis, adalah "Sahabat Ahok"."Sahabat itu kekal, konon. Mungkin mayoritas pengirim bunga telah mengidentifikasi diri sebagai "Sahabat Ahok", who knows. Ahok Djarot sudah merasa diri sebagai Sahabat, kalo saya tidak terlalu salah mendengar. Saya kira Ahok tidak dikultus-individukan. Ia hanya seorang Sahabat "yang unik",ya Si Nemo,  bagi Djarot dan para pengirim bunga.

***

Bagian 'ekor Pilkada rasa pilpres"' akan segera usai. Saya tidak bisa menutup Catatan bagian akhir ini dengan menyebut referensi nilai-nilai universal Ahok, yakni refleksi Mas Goenawan Mohammad dan Kang Somad, ya, kolumnis, Mohammad Sobari hingga Yudi Latief yang mencerahkan dan memediasi suasana friksi nilai yang coba dibangun, atau terlanjur terbangun.  SElain KH Abdurahman Whid dan puterinya Yeni Wahid, dialog kebangsaan dari Maarif Institut hingga, Nusron Wahid semua adalah hal abhwa komitmen kita membangun bangsa Indonesia tetap teguh. Pilihan Ibu Mega, Megawati Soekarnoputri,  "yang masih memilih "Diam (itu emas)" adalah tindakan simbolik penuh makna. Kang Somad yang juga, jelas "menghilangkan dikotomi NU-Muhammadiyah" menguatkan hal bhwa, banyak warga Muhammadiyah terus bertekad mempertahankan Konstitusi, yang tidak banyak dipahami "anak-anak" Teman Ahok yang sudah lebur.  Mereka, seperti banyak sahabat yang hadir di sidang Ahok adalah sahabat sejati. "Rela  dicaci-maki" gara-gara memilih (tampak)  berpihak jadi Teman Ahok. Pengirim  Tapi 2.700-an bunga untuk Ahok-Jarot, pastilah dari Teman Ahok, loyalis Ahok, hingga yah, yang mungkin hanya simpatisan Ahok.. mengirim bunga, dan (karena) tidak ke TPS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun