Sejak tiga puluh menit berlalu, Supri masih saja berbaring telentang diatas tikar dipinggir pantai, Ia begitu menikmati liburannya kali ini, Ia berbaring sendiri, Istri mudanya Ia tinggalkan di hotel yang telah Ia sewa, mereka ibarat sedang berbulan madu, namun kini Ia ingin sendiri. Supri keluar sangat pagi hari itu, diatas meja dikamar hotelnya Ia meletakkan kartu kreditnya, saat istrinya bangun Ia berharap tak perlu mencarinya lagi sebab jika ingin belanja keluar tinggal memakai kartu kredit milik sukri yang ditinggalkannya.
Tak lama, Ia mengangkat badannya yang sedikit bengkak, tangan kirinya Ia jadikan penopang untuk bangkit dari pembaringannya, kemudian tersungging senyum tipis dari bibirnya yang kehitaman, kata kebanyakan orang itu karena rokok, memang Supri adalah perokok berat, tak pernah sehari Ia lewati tanpa menghabiskan sedikitnya dua bungkus rokok.
Matanya terus memandangi lautan yang membentang dihadapannya, sementara tangan kanannya menggenggam pasir yang telah Ia ambil disampingnya, sambil tersenyum Ia memainkannya, Ia begitu bangga kepada dirinya, siapa lagi yang bisa mengalahku, taka da seorangpun yang mampu menandingiku, pekiknya dalam hati kemudian tertawa singkat.
Segera Ia beranjak dari tempat pembaringannya, Ia melihat sekeliling kemudian berjalan membelakangi lautan yang berhadapan dengannya sejak tadi, Ia berjalan menuju hotel penginapannya, hotel berbintang yang memang letaknya tak jauh dari pantai itu, Ia berjalan sambil terus tersenyum dengan kedua tangannya Ia masukkan kedalam saku celana pendek yang Ia pakai setelah menurunkan kaca mata hitam yang sejak tadi bertengger diatas rambutnya yang mulai menipis.
Ia mendapati istrinya baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah. Dia hanya menatap sebentar kemudian berjalan pelan menuju sofa coklat yang terlentang di hadapannya, Ia menyandarkan tubuhnya, kemudian menghela nafasnya sesaat setelah Ia meletakkan kedua telapak tangannya dibelakang kepalanya.
“mau ngopi yah?”
“ehm, boleh juga”
Tak lama berselang pintu kamar mereka diketuk dua kali, seorang pelayan pria dengan dasi kupu-kupu membawa teko dengan dua cangkir kosong, segera Supri mengeluarkan uang tip untuk pelayan itu setelah kopi telah dituangkan olehnya kedalam cangkir berwarna putih polos itu.
“selamat menikmati pak” kemudian pelayan itu berbalik dan meninggalkan kamar Supri dan Istrinya.
Supri begitu menikmati kopi yang dibawah pelayan tadi, dengan lembut Ia meletakkan cangkir yang baru saja Ia angkat.
“ma, duduk sini”