Nama keluarga Dezentje mulai banyak diperbincangkan belakang ini, terutama di kalangan pemerhati sejarah di Solo dan sekitarnya. Beberapa waktu lalu  salah satu komunitas pemerhati sejarah mengadakan bincang sejarah secara khusus tentang Dezentje yang digelar disalah satu rumah budaya di Kota Solo.
Keluarga Dezentje merupakan keluarga pemilik perkebunan yang amat disegani di wilayah Karesidenan Surakarta, Yogyakarta dan Semarang. Usaha perkebunan keluarga itu dimulai oleh Johannes Augustinus Dezenjte ( 1797 -1839 ) pada tahun 1810an, menjadikannya sebagai pionir perkebunan di tanah Vorstenlanden (Eks-Daerah Istiewa Surakarta dan Daerah Istiewa Yogyakarta).
Setelah banyak artikel di internet tentang keluarga Dezentje yang ditulis oleh beberapa orang dan  komunitas pegiat sejarah, banyak orang mulai mencari keberadaan makam keluarga ini.
Alangkah terkejutnya saya ketika mengetahui ternyata saya sering mengunjunginya namun tidak pernah tahu makam tersebut milik siapa. Namun untuk menuju tempat ini harus seizin keluarga dan BPCB setempat.Â
Hingga artikel ini terbit sebelumnya saya telah dihubungi oleh pihak keluarga Dezentje dan beliau memberikan saran untuk merevisi beberapa tulisan dan juga mengenai wilayah keberadaan makam ini.
Ceritaku dan Kerkhof
Ketika pertama kali melihat tempat ini era 2000'an. Saya sedikit takut tempat itu nampak sangat menyeramkan dan sepeti tidak terjamah oleh orang.Â
Namun, entah mengapa ada rasa kagum terpesona melihat sesuatu seperti tugu atau monumen yang jumlahnya banyak dan saya yakin usianya sudah sangat lama namun masih berdiri kokoh walaupun ditutupi pohon-pohon besar dan belukar mengelilingi setiap sudutnya.
Ada yang menjawab makam tersebut milik pejabat dan tentara Belanda sehingga tidak ada yang merawat karena sanak-keluarganya kembali ke Negeri Belanda, ada juga yang menjawab makam bupati Boyolali pertama.Â
Kemudian mereka menceritakan cerita yang turun-temurun tentang seseorang dan 5 ekor kuda yang dijuluki "Gagak Rimang" yang juga dikuburkan di sana.Â