Mohon tunggu...
Bella Aprialim
Bella Aprialim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengantar Komunikasi Lingkungan

24 Agustus 2017   21:05 Diperbarui: 24 Agustus 2017   21:33 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi lingkungan diperlukan untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang bertujuan agar terjadi perubahan yang mendukung lingkungan untuk menjadi lebih baik. Cara kita berkomunikasi terhadap satu sama lain terkait lingkungan menunjukkan pandangan kita pada lingkungan termasuk hubungan kita dengan alam semesta. Informasi yang kita peroleh dari teman, media sosial, blog, maupun film mempunyai peran penting dalam mempengaruhi pandangan dan tindakan kita terhadap lingkungan.

Tujuan dari komunikasi lingkungan dan ruang publik, antara lain: (1) meningkatkan pengetahuan yang mendalam tentang cara komunikasi dalam membentuk persepsi orang terhadap isu lingkungan; (2) mengenalkan beberapa media dan forum publik termasuk hal lainnya yang digunakan dalam komunikasi lingkungan untuk mempengaruhi keputusan terhadap alam dan lingkungan manusia; dan (3) agar dapat terlibat dalam diskusi lokal maupun global yang bisa berdampak pada lingkungan kita sendiri (Cox, 2010, hal. 3).

Perhatian publik terhadap lingkungan memang menjadi hal yang penting namun harus dipertimbangkan juga bahwa tiap orang berbeda-beda termasuk cara menyelesaikan masalah lingkungan. Hal ini menyebabkan isu yang kompleks seperti halnya pemanasan global menjadi sulit dalam mencapai kesepakatan publik. Isu lingkungan juga dapat menimbulkan kebingungan karena alam sendiri tidak dapat menyuarakan haknya. Di sisi lain, para pebisnis, pemerintah, politisi maupun pemegang kekuasaan lainnya menyuarakan tentang hak dan kepentingannya dalam menggunakan sumber daya alam. Lalu, pertanyaannya siapa yang harus menyuarakan kepentingan alam? Ini memerlukan kejelasan agar tidak terjadi perdebatan antar publik yang tinggal di alam sekitar termasuk diri kita sendiri.

Kerangka komunikasi lingkungan dan ruang publik dikaji dalam dua konsep utama, yaitu (1) pentingnya komunikasi antar individu yang membentuk pandangan dan hubungan kita dengan lingkungan; dan (2) peran ruang publik dalam melakukan negosiasi terhadap pendapat yang berbeda untuk mempengaruhi keputusan dan lingkungan.

Ruang publik muncul ketika individu menjalin hubungan satu sama lain melalui percakapan, debat, memberi argumen, maupun bertanya. Komunikasi lingkungan mengalami perkembangan yang cepat pada banyak negara di dunia. Komunikasi lingkungan merupakan studi tentang cara mengomunikasikan tentang lingkungan, dampak yang ditimbulkan atas persepsi kita terhadap lingkungan dan diri kita sendiri serta hubungan kita dengan alam semesta (Cox, 2010, hal. 9).

Masyarakat semakin banyak yang menyadari bahwa pemahaman orang tentang alam dan perilakunya terhadap lingkungan tidak hanya bergantung pada ilmu ekologi. Akan tetapi, pada debat publik, representasi media, website, bahkan percakapan sehari-hari, pengajaran, dan penelitian yang khusus untu komunikasi lingkungan yang berkembang. Terdapat 7 area studi yang kemudian dikembangkan dan digunakan dalam penelitian, publik, maupun praktek profesional.

Pertama, enviromental rhetoric and discourse; retorikal belajar tentang komunikasi lingkungan yang terlebih dahulu fokus pada bidang yang baru. Selain itu, juga merupakan salah satu area studi yang paling luas yang mencakup retorik kelompok lingkungan, penulisan tentang alam, dan kampanye PR, serta media lingkungan. Pada retorikal terdapat dua subarea, yaitu (1) pendekatan pragmatis yang menekankan tentang cara mempengaruhi orang mengomunikasikan tentang lingkungan; dan (2) pendekatan kritikal yang mengangkat hal negatif untuk menetapkan hubungan antara alam dan masyarakatnya. Beberapa subjek dari pendekatan retorik kritikal antara lain deep ecology dan ecofeminism. Deep ecology adalah pandangan yang mementingkan lingkungan sedangkan ecofeminism adalah cara memperlakukan lingkungan seperti halnya ibu atau seorang perempuan.

Kedua, Media dan jurnalisme lingkungan; media lingkungan fokus pada berita, iklan, program komersial, dan situs internet yang menggambarkan alam dan masalah lingkungan. Terdapat dua subjek, yaitu agenda-setting yang dapat membentuk agenda publik maupun sebaliknya dan media framing yang mengemas berita berdasarkan sudut pandang tertentu agar tercipta persepsi yang diharapkan pada audiens. Ketiga, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan mengenai lingkungan. Melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan dapat meningkatkan kualitas dan legitimasi dari keputusan tersebut. Hal ini karena timbulnya rasa memiliki pada masyarakat sehingga keputusan akan lebih diakui dan mudah diterapkan.

Keempat, pemasaran sosial dan kampanye pembelaan; pemasaran sosial merupakan usaha kampanye dengan menjual ide yang bertujuan membawa perubahan perilaku. Contohnya ahli iklim atau cuaca yang prihatin terhadap isu pemanasan global. Kampanye pembelaan adalah suatu bentuk advokasi yang identik dengan adanya korban yang harus dibela. Kelima, kolaborasi lingkungan dan resolusi konflik; ketika terjadi perselihan dalam partisipasi publik maka para praktisi dapat mengarahkan untuk mencari alternatif penyelesaian konflik lingkungan selain permusuhan. Hal yang ideal adalah melakukan kolaborasi yang baik dengan mengundang stakeholdersuntuk terlibat dalam pemecahan masalah.

Keenam, komunikasi resiko; yaitu berbicara tentang cara mengomunikasikan resiko suatu hal dengan baik sehingga tidak menyebabkan ambiguitas maupun kesalahpahaman. Hal ini dilakukan agar informasi terkait resiko dari aktivitas ataupun kegiatan yang dijalankan dapat tersampaikan dengan jelas. Dengan demikian, diperlukan strategi komunikasi tertentu sehingga pesan menjadi efektif. Ketujuh, representations of nature in popular culture and green marketing; representasi alam dalam budaya populer adalah cara agar gambar tentang alam dapat membentuk budaya populer dalam artian mempengaruhi sikap orang agar menuju ke alam. Green marketing melakukan pemasaran yang pro terhadap lingkungan (Cox, 2010, hal. 16).

Daftar Pustaka

Cox, Robert. (2010). Enviromental Communication and the Public Sphere. Edisi    ke-2. United States of America: SAGE Publication

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun