Mohon tunggu...
Beby Haryanti Dewi
Beby Haryanti Dewi Mohon Tunggu... profesional -

Freelance editor, writer, German teacher. Coming soon: The Siblings: Hilangnya Duplikat Pedang Nabi (Penerbitan Pelangi Indonesia, 2013)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Subang Gadeng, Penganan Aceh yang Hampir Punah

22 Agustus 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:59 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebanyakan orang langsung menyebut “timphan” ketika ditanya apa penganan khas Aceh yang diketahuinya. Penganan tradisional yang terbuat dari campuran tepung ketan, pisang, dan santan dengan variasi isi inti kelapa atau serikaya ini memang sudah sangat populer di masyarakat di samping keukarah dan maseukat. Namun tak banyak orang yang mengetahui apa itu makanan “subang gadeng”. Bahkan di zaman sekarang, hanya segelintir orang Aceh Timur—tempat kue ini berasal—yang mengenalnya. Kiranya arus globalisasi telah membuat subang gadeng, yang menjadi kue khas untuk berbuka puasa orang-orang zaman dahulu, ini mulai tenggelam dilupakan zaman.

[caption id="attachment_282561" align="aligncenter" width="614" caption="Kue Subang Gadeng"][/caption]

Adalah mertua saya yang mengenalkan kue tradisional bernama subang gadeng ini kepada saya. Beliau memang berasal dari daerah Bagok, Aceh Timur. Beliau pula yang mengajari saya cara membuatnya. Kue bertekstur lembut, manis, dan gurih ini langsung memincut lidah saya sejak pertama kali saya memakannya. Dalam keluarga suami saya, tradisi menyajikan kue subang gadeng ini sebagai salah satu menu pembuka di bulan Ramadan memang masih dipertahankan. Sehingga tak heran jika saya tak pernah menemukan kue ini di mana pun selain di rumah saya sendiri dan di rumah mertua saya.

Nama subang gadeng sendiri berasal dari bahasa Aceh; subang yang berarti kerabu/anting, dan gadeng yang artinya gading. Arti keseluruhannya adalah “kerabu berwarna gading”. Ya, nama tersebut memang merujuk kepada bentuk dan warna kue subang gadeng yang mirip kerabu bundar berwarna gading. Menurut mertua saya, pada zaman dahulu, kerabu yang biasa dipakai sebagai perhiasan telinga oleh perempuan Aceh memang umumnya berbentuk bundar.

Cara membuat subang gadeng ini cukup gampang, bahan-bahannya juga dapat diperoleh dengan mudah di pasar; yaitu ubi jalar, tepung ketan, gula merah, santan, telur, daun pandan, gula pasir, dan garam. Warna gading sejatinya dihasilkan dari ubi jalar yang berwarna oranye, namun bukan berarti ubi jalar ungu tidak bisa dijadikan pengganti. Rasanya sama saja, kok!

[caption id="attachment_282564" align="aligncenter" width="614" caption="Ubi dihancurkan sampai lumat"]

13771355092052070178
13771355092052070178
[/caption]

Mula-mula ubi jalar direbus hingga empuk, lalu ditiriskan dan dibiarkan dingin. Setelah dingin, kulit ubi dikupas, lalu ubi dihancurkan sampai lumat—bisa menggunakan sendok besar atau alat pembuat mash potato. Ubi yang sudah lumat ini kemudian dicampur rata dengan sedikit tepung ketan sebagai “perekat” agar kue tidak hancur ketika dikukus. Tak lupa diberi sedikit garam agar lebih gurih.

[caption id="attachment_282566" align="aligncenter" width="614" caption="Dicampur tepung ketan"]

1377135589329138759
1377135589329138759
[/caption]

Barulah kemudian adonan dibentuk seperti mangkuk-mangkuk bulat kecil dan ditaruh ke dalam wadah tahan panas; bisa berupa loyang, piring stainless, wadah kaca tebal, dan sebagainya. Biasanya, jika disajikan untuk keluarga di rumah, saya memakai wadah berukuran besar seperti loyang sehingga kue dapat dikukus sekalian banyak untuk menghemat waktu. Tetapi bila untuk tamu, saya menggunakan wadah kecil yang hanya memuat satu atau dua kue untuk memudahkan penyajiannya.

[caption id="attachment_282567" align="aligncenter" width="614" caption="Ubi dibentuk menjadi mangkuk-mangkuk kecil"]

13771356462060802266
13771356462060802266
[/caption]

Setelah mangkuk-mangkuk ubi terbentuk dan telah menempati wadahnya, barulah dimasukkan gula merah yang telah dipotong dadu ke dalamnya. Tinggal membuat larutan serikayanya dengan cara mencampur rata santan, telur, gula, dan sedikit garam dalam wadah terpisah. Sebelum dikukus, larutan serikaya itu disiramkan ke dalam mangkuk ubi, juga seluruh dasar wadah.

[caption id="attachment_282572" align="aligncenter" width="614" caption="Isi dengan gula merah"]

13771360411193222053
13771360411193222053
[/caption]

[caption id="attachment_282620" align="aligncenter" width="614" caption="Disiram larutan serikaya"]

1377144567794727407
1377144567794727407
[/caption]

Sebagai sentuhan akhir, diberikan beberapa helai daun pandan di atasnya agar kue lebih harum. Biasanya saya juga menambahkan potongan-potongan daun pandan ke dalam air kukusan supaya aroma pandannya lebih kuat.

[caption id="attachment_282569" align="aligncenter" width="614" caption="Kukus 10 menit"]

13771357411377951563
13771357411377951563
[/caption]

Kue cukup dikukus kira-kira sepuluh menit, lalu tinggal menunggu dingin. Nah, subang gadeng yang berbentuk seperti kerabu cantik ini pun sudah siap disantap. Tentunya dimakan dengan menggunakan sendok, ya!

Kelembutan ubi jalar yang dipadu manis gula merah, serikaya gurih, serta harum pandan yang menggoda membuat kue subang gadeng ini memiliki cita rasa unik nan memanjakan lidah. Gula merah yang telah mencair memberikan rasa juicy yang khas. Sementara larutan serikaya yang tadinya cair kini menjadi sedikit beku seperti saus putih yang langsung lumer di mulut. Hm ... nikmatnya benar-benar tak terkatakan! Kiranya tak cukup hanya satu “kerabu gading” sebagai pemuas rasa lapar saat berbuka puasa, tapi satu loyang!

[caption id="attachment_282570" align="aligncenter" width="614" caption="Siap disantap!"]

13771358491547569166
13771358491547569166
[/caption]

Umumnya tamu-tamu yang pernah saya suguhi penganan ini memberikan apresiasi yang positif, bahkan tak jarang yang meminta dibontoti pulang. Mereka juga heran karena belum pernah mengetahui ada kue lezat bernama subang gadeng ini. Ya, subang gadeng memang menjadi andalan saya jika ada acara buka puasa bersama di rumah. Bahkan saya juga pernah menyajikannya di Jerman, lho!

[caption id="attachment_282571" align="aligncenter" width="614" caption="Sajian yang lebih cantik"]

13771359011752654034
13771359011752654034
[/caption]

Sejak dulu, saya sangat bersemangat memperkenalkan kue subang gadeng ini kepada teman-teman saya. Kebetulan pula saat ini ada momen lomba “Keunikan Warisan Kuliner Nusantara” yang diadakan oleh Kemenparekraf dan Indonesia Travel di Kompasiana, maka saya sengaja menuliskan keistimewaan subang gadeng agar lebih banyak masyarakat yang mengenal kekhasan dan kelezatan penganan Aceh Timur ini. Sayang rasanya jika kue selezat ini hanya saya dan keluarga saya nikmati sendiri. Semoga tulisan ini dapat membangkitkan kembali kejayaan subang gadeng di masa lalu, sehingga kue ini tak hanya menjadi menu berbuka favorit keluarga saya, namun juga menjadi favorit semua keluarga Indonesia.

Anda ingin mencobanya? Berikut saya sertakan resep lengkapnya!

Subang Gadeng

Bahan:

3 buah ubi jalar oranye

4 sdm tepung ketan

2 btr telur ayam

4 sdm gula pasir (atau sesuai selera)

500 ml santan kental

Gula merah secukupnya, potong dadu

Garam secukupnya

Daun pandan secukupnya

Cara membuat:

  1. Rebus ubi jalar sampai empuk. Tiriskan dan biarkan dingin, lalu kupas kulitnya. Lumatkan sampai halus.
  2. Tambahkan tepung ketan dan ½ sdt garam. Uleni sampai rata.
  3. Ambil adonan secukupnya, bulatkan, lalu tekan dengan jari-jari membentuk mangkuk-mangkuk kecil. Tempatkan ke dalam wadah tahan panas.
  4. Isi mangkuk ubi tadi dengan gula merah.
  5. Buat larutan serikaya; campur santan kental dengan telur, gula pasir, dan ¼ sdt garam. Kocok dengan garpu/sendok sampai menyatu.
  6. Sesaat sebelum mangkuk ubi dikukus, siramkan larutan serikaya tadi ke dalam mangkuk ubi dan seluruh dasar wadah.
  7. Beri daun pandan supaya harum.
  8. Kukus kira-kira 10 menit dengan api sedang. Angkat. Biarkan dingin.
  9. Untuk 24 buah.

Nah, silakan mencoba resep ini di rumah dan rasakan sensasi lezatnya! [Be]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun