Mohon tunggu...
didik haryadi
didik haryadi Mohon Tunggu... Freelancer - analisis statistik basket

Membahas tentang bolabasket melalui analisis statistik

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Zach LaVine: Asap Harapan Tuan Rumah NBA All Star 2020

21 Oktober 2019   16:26 Diperbarui: 21 Oktober 2019   16:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Chicago Bulls merupakan tim dengan sejarah yang dikenang oleh semua penggemar olahraga bola basket angkatan 90'an. Mereka adalah tim legendaris dengan dua kali three peat. Mereka mempunyai pemain terbaik dalam sejarah olahraga bola basket, yaitu Michael Jodran. Namun setelah generasi tersebut, prestasi Bulls terjun bebas. Harapan kembali mulai muncul ketika Bulls mendapatkan pemain muda fenomenal, Derrick Rose. Pada NBA musim kompetisi 2010-11, Rose mendapatkan gelar pemain terbaik (MVP). Dia menjadi pemain Bulls pertama yang meraih gelar tersebut sejak berakhirnya dinasti Michael Jordan. Pada musim tersebut, Bulls, yang berhasil mencapai final NBA Wilayah Timur, harus mengakui kekalahan dari Miami Heat yang diperkuat oleh sang raja, LeBron James.

Performa yang ditunjukkan pada NBA musim kompetisi 2010-11 membuat harapan terhadap Rose dan Bulls semakin tinggi. Namun, harapan tersebut hanya kabut asap yang dapat hilang. Dimulai pada NBA musim kompetisi 2011-12, bintang harapan Bulls, Rose, terkena cedera ACL. Dia harus menepi selama 2 musim.

Asap harapan kembali muncul pada NBA musim kompetisi 2013-14. Rose kembali setelah absen penuh pada NBA musim kompetisi 2012-13. Asap harapan tersebut kembali hilang pada bulan November. Rose kembali terkena cedera dan memaksanya absen di sisa musim kompetisi 2013-14. Asap harapan benar-benar hilang pada NBA musim kompetisi 2016-17. Rose bersama Justin Holiday dikirim ke New York Knicks dengan sistem pertukaran pemain.

Bulls kembali membangun ulang timnya. Pada NBA musim kompetisi 2017-18, Bulls menukar aset terpenting, Jimmy Butler, untuk mendapatkan Zach LaVine, Kriss Dunn, dan Lauri Markkanen. Bulls ingin membangun tim dengan berpusat pada Zach LaVine. Namun, lagi-lagi faktor cedera menghambat performa Bulls. Zach LaVine hanya dapat menyelesaikan 24 laga.

Zach LaVine kembali pada NBA musim kompetisi 2018-19. Bahkan, musim kompetisi tersebut, Zach LaVine menampilkan performa terbaik selama 5 tahun bermain di NBA. Dia memiliki rata-rata 23,7 pts dengan efektivitas tembakan 52%. Dia memiliki efisiensi serangan 1,05 angka pada setiap penguasaan dengan menggunakan 29,8% USG. Efisiensi serangan tersebut sudah berada diatas rata-rata liga.

Walaupun demikian, penampilan tersebut belum cukup untuk membawa Zach LaVine tampil di level All-Star. Dalam 10 tahun terakhir, hanya LaVine, Danny Granger (2009-10) dan Bradley Beal (2016-17) yang tidak dapat tampil di all star ketika mempunyai rata-rata 23 atau lebih produktivitas angka. LaVine hanya 1 kali memiliki efisiensi serangan yang tidak mendukung kesuksesan tim, yaitu pada musim perdananya di NBA. Walaupun demikian, selisih bersih yang dihasilkan selau negative. Buruknya efisiensi bertahan menjadi faktor belum berhasilnya mencapai level All Star.

Pada musim 2018-19, LaVine memiliki kemasukkan 1,1 angka pada setiap penguasaan lawan. 54,5 % menjaga lawan di area tiga angka dan 45,5% menjaga lawan di area dua angka. Area tiga angka, yang memiliki distribusi tertinggi, menjadi kontributor buruknya LaVine dalam bertahan. Dia kemasukkan rata-rata 2,1 tembakan tiga angka dari rata-rata 5,4 upaya tembakan tiga angka dengan presentase keberhasilan 39%. Presentase keberhasilan tersebut diatas rata-rata liga. Sedangkan pada area dua angka, LaVine berhasil menekan presentase keberhasilan lawan dibawah rata-rata liga. Dia kemasukkan rata-rata 2,3 angka tembakan dua angka dari rata-rata 4,5 upaya tembakan dua angka (51,3%).

Peningkatan performa sudah diperlihatkan LaVine pada saat masa NBA Preseason 2019. LaVine berhasil memperbaiki kelemahan dalam hal efisiensi bertahan dan mempertajam keunggulan efisiensi serangan. Konsistensi performa seperti pada saat NBA Preseason 2019 akan membuat peluang LaVine untuk menembus level All-Star akan semakin terbuka. Terpilihnya LaVine dalam roster All-Star akan membuat tuan rumah, Chicago, memiliki 1 wakil di All-Star setelah berakhirnya era Rose. Semoga asap harapan tersebut tidak kembali hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun