Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghindari Berpikir Lompat Waktu (2)

29 September 2018   21:58 Diperbarui: 29 September 2018   22:28 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Bila seseorang ( apapun agama yang dianutnya ) telah dapat melaksanakan semua perintah dan petunjuk Tuhan, insya-Allah selamatlah orang dimaksud baik dunia maupun akheratnya, karena orang tersebut hanya akan berkiprah dimuka bumi, sesuai dengan sifat dan kehendak Allah Tuhan Yang Maha Suci.  Kepada orang yang telah mencapai tataran tersebut, sesuai dengan janji iblis, setan dan sebangsanya, mereka sudah tidak mempunyai keberanian, kesanggupan dan kemampuan untuk menggoda dan menjerumuskan manusia kelembah sesat ( istilah Jawanya, setan ora doyan, demit ora ndulit). Surat Al Hijr ayat 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

Dari kenyataan tersebut, hendaklah menjadikan seseorang sadar bahwa dengan melaksanakan semua perintah dan petunjuk Tuhan baik yang tertulis ( Al Qur'an / Kitab Suci ) maupun yang tidak tertulis ( Jagat Raya seisinya ) dalam keseharian, menjadikan iblis, setan dan sebangsanya, sudah tidak mempunyai keberanian, kesanggupan dan kemampuan untuk menggoda dan menjerumuskan orang ke lembah sesat. Jadi tidak dibalik, ada orang kesurupan baru di bacakan Al Qur'an. Ada orang sakit, baru dibacakan Al Qur'an. Ada orang mau meninggal, baru dibacakan Al Qur'an. Ada orang meninggal, baru dibacakan Al Qur'an.

CATATAN. SETAN ORA DOYAN, DEMIT ORA NDULIT; MANAKALA ORANG MELAKSANAKAN ATAU MENGAMALKANNYA; DAN BUKAN SEKEDAR HANYA MEMBACA PERINTAH DAN PETUNJUK TUHAN, BAIK YANG TERTULIS ( AL QUR'AN / KITAB SUCI ) MAUPUN YANG TIDAK TERTULIS                ( JAGAD RAYA SEISINYA ). Surat Al Qiyaamah ayat 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Ayat 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Ayat 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 

Kembali kepada judul artikel, Menghindari Berpikir Lompat Waktu. Dengan uraian tersebut mudah -- mudahan dapat memberikan asupan, untuk merubah pola pikir seseorang. Yang semula orang berpikir membaca dan mengaji Al Qur'an ( Kitab Suci ) hanya akan mendapat pahala atau ganjaran setelah meninggal, menjadi berpikir bahwa pahala atau ganjaran akan diterima saat ini juga. Apa wujud pahala atau ganjaran yang didapat? Tidak lain adalah kesehatan dan kebugaran jasmani dan rohani, demi terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati seseorang yang mengimaninya.

Bila seseorang telah sampai pada tahap pengertian ini, artinya seseorang tadi telah dapat membanggakan Tuhan. Mengapa? Karena manusia yang pada hakekatnya adalah khalifah Tuhan dimuka bumi, telah mampu menjaga dan memelihara kesucian yang diamanatkan kepada dirinya. Surat An Anfaal ayat 27.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.


Artinya apa yang dilakukan orang tersebut bersifat hablumminallah, sehingga pahala yang didapatnya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, berupa kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati. Jadi bila seseorang tadi berhenti sampai disini, artinya orang tadi hanya berpikir untuk kegembiraan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Dia hanyalah seorang egois yang belum dapat berpikir apalagi berbuat agar dapat membuat Allah Tuhan Yang Maha Suci merasa bersuka cita dan bahagia, karena sang khalifah belum dapat melaksanakan misinya dimuka bumi ini.

Lalu bagaimana cara, agar dapat memberi rasa suka cita dan bahagia bagi Tuhan? Hendaklah selalu diingat bahwa ciptaan Tuhan, selalu dalam keadaan berpasangan atau seimbang atau harmonis. Ada siang, ada malam. Ada baik, ada buruk dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Demikian juga keadaan manusia, ada sifat baik dan ada sifat buruk. Tidak luput pula perihal perintah dan petunjuk Tuhan. Ada perintah dan petunjuk Tuhan bila diamalkan, akan mendapat pahala atau ganjaran saat ini juga, bila perbuatan tadi bersifat hablumminallah. Tetapi ada juga pahala atau ganjaran yang diterima dihari kemudian kelak, artinya setelah manusia meninggal dunia, bila perbuatan tersebut dapat membuat Tuhan merasa bersuka cita dan bahagia.   

Kalau apa yang telah diuraikan sebelumnya termasuk kategori hablumminallah, yang pahala dan sorganya hanya untuk dinikmati diri sendiri saat di dunia ini, lalu perbuatan yang bagaimana yang pahala dan sorganya merupakan tabungan untuk dinikmati di kelak kemudian hari? Dan bagaimana caranya? Caranya sih mudah diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Yaitu berupaya agar setiap  tingkah laku, perbuatan dan tutur kata seseorang dalam kesehariannya di dunia sekarang ini, dapat memberikan rasa suka cita dan bahagia kepada sesama dan atau pihak lain (hablumminannas).   

Mengapa dikatakan mudah diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Mari dikaji bersama, antara lain surat Al Baqarah ayat 263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan ( perasaan si penerima ). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Silahkan ayat tersebut dirasakan melalui rasa yang merasakan ( Jawa = roso pangroso ), dan jujur mengatakan kepada diri sendiri. Mudah bukan untuk mengucapkan atau mengatakannya? Sangat, sangat mudah. Lalu, bagaimana dengan pengamalannya, mudahkah? Tampaknya tidak semudah, seperti saat mengatakan atau mengucapkannya.

Perkataan yang baik. Hidup adalah karena kebiasaan. Jadi bagi seseorang yang telah terbiasa melontarkan perkataan atau ucapan tidak baik, misal mengumpat dan mencela pihak lain dalam kesehariannya, kalau tidak melakukan hal tersebut ada rasa tidak puas dan bangga. Tidak menghiraukan, apakah kata-kata atau ucapannya tadi menyenangkan atau menyakiti pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun