Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba’ul Hikam,Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur layak tercatat di Guinnes World Records , minimal di Musium Rekor Indonesia (MURI). Pasalnya, tiap bulan Ramadhan, ribuan jamaahnya melangsungkan salat tarawih tercepat di dunia, yakni hanya makan waktu maksimal tujuh menit.
Perihal salat tarawih 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat yang hanya butuh waktu singkat ini, saya lihat ketika stasiun televisi Metro TV menayangkan beritanya, Jumat (26/6) dini hari. Di mana, dalam tayangannya disebutkan bahwa salat tarawih yang jamaahnya mencapai sekitar 5000 orang tersebut, berlangsung sangat cepat. Untuk menyelesaikan total 23 rakaat, diperlukan tempo 7 menit.
Kendati melaksanakan salat tarawih “instant” namun, menurut pimpinan Ponpes Mamba’ul Hikam, KH Dliya’uddin Azzamzami, salat tersebut sama sekali tidak mengurangi rukun atau syarat salat seperti yang digariskan syariat hukum Islam. Sehingga, salat tarawih yang sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu tak pernah mendapatkan protes dari siapa pun.
Masih terkait dengan keberadaan salat tarawih super kilat ini, tarawih yang diluar kebiasaan itu pertama kali diperkenalkan oleh Alm KH Abdul Ghofur di tahun 1907. Kyai yang juga pendiri Ponpes Mamba’ul Hikam memperkenal tarawih tersebut bersamaan dengan berdirinya mesjid di lingkungan Ponpes.
Hingga 108 tahun kemudian, tradisi salat tarawih yang memang tampil beda ini nyaris tiap bulan Ramadhan selalu penuh sesak oleh jamaah yang bukan hanya dating dari kabupaten Blitar saja, namun juga diikuti jamaah dari Kediri mau pun Tulung Agung.
Menurut KH Dliya’uddin Azzamzami yang biasa disapa dengan panggilan Gus Dliya tersebut, meski pun salat tarawih dilakukan dengan ekstra cepat, namun untuk salat lima waktu, para santri di Ponpesnya tak mengalami “modifikasi” apa pun. Artinya, tetap dilaksanakan seperti biasa selayaknya umat Muslim melakukannya.
Dalam tayangan di layar kaca, gerakan salat tarawih memang dilakukan cukup cepat. Dua rekaat hingga salam dilaksanakan dalam waktu sekitar 40 detik disertai bacaan yang relatif sangat cepat. Begitu kilatnya durasi yang dibutuhkan, terlihat para jamaah melakukan gerakan berdiri, ruku dan sujud mirip orang yang tengah olah raga senam.Semua berlangsung cepat serta kompak.
Itulah salat tarawih paling cepat yang saya saksikan, apa pun bentuk “modifikasi” yang dilakukan oleh KH Abdul Ghofur selaku pelopornya, yang jelas salat tarawih ini tetap sah karena tak keluar dari syariat Islam. Begitu pula dengan jamaahnya, terbukti, mereka rela melaksanakan salat di teras mesjid hingga halaman akibat tidak kebagian tempat. Bila anda tertarik mengikutinya, silahkan datang ke Blitar, Jawa Timur. Selamat melaksanakan ibadah puasa. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI