Gadaikan SK Pegawai
Sukses mengantarkan 20 orang mendapatkan ijasah setara SD, Sudarsih ketagihan. Pasalnya, upayanya menyambung asa para peserta yang putus sekolah, ternyata ada imbalannya. Ia mendapatkan honor (insentif) sebesar Rp 750.000. Â "Saat ada tawaran lagi, saya pun menyambar tawaran program paket B hingga akhirnya sampai paket C," kata Sudarsih.
Sukses menjadi tutor kejar paket A,B dan C, tahun 2010, Sudarsih ditawari oleh Dinas Pendidikan untuk mendirikan PKBM. Tetapi, karena merasa belum mampu, ia menolaknya. Kendati begitu, dunia pendidikan terkait berbagai program pemerintah tetap diikuti sembari bekerja. Tak ada angin tidak ada hujan, tiba- tiba tanggal 4 Mei 2011, dirinya dipanggil ke Dinas Pendidikan. " Saya disodori Surat Keputusan berdirinya PKBM Mitra Harapan," jelasnya.
Memang,  di awal pendirian PKBM Mitra Harapan, Sudarsih lebih banyak nombok, sebab pemerintah hanya memberikan support sarana dan prasarana, sedangkan fasilitas gedung tidak ada dukungan pendanaan. Untungnya, tahun 2014, ia diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Tanpa menunggu lebih lama, SK pengangkatannya langsung diagunkan ke bank sebesar Rp 100 juta.
" Uang pinjaman itu saya manfaatkan untuk membangun rumah yang berfungsi menjadi ruangan kelas, ruang TU dan juga ruangan serba guna lainnya. Termasuk lantai keramik ini, semuanya merupakan uang hutangan," ucapnya sembari menunjuk lantai berwarna putih.
Perjuangannya dalam mengelola PKBM Mitra Harapan, belakangan mulai membuahkan hasil. Selain lembaga pendidikan yang dipimpinnya sudah menyandang akreditasi B, pemerintah juga mempercayakan bantuan sosial berupa ternak (Sapi) sebanyak 35 ekor. " Bantuan ternak itu sebesar Rp 350 juta, untuk pembuatan kandang permanen dan pembelian ternak. Sampai sekarang masih utuh," kata Sudarsih.
Itulah sedikit perjalanan Sudarsih, perempuan desa yang berupaya menjadi penyambung asa orang- orang yang putus sekolah. Kendati memiliki banyak keterbatasan materi, namun berkat kegigihannya dirinya mampu mengangkat derajat ribuan orang, khususnya di bidang pendidikan. Bagaimana pun juga, segala langkahnya layak diapresiasi. (*)