Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudarsih, Perempuan Desa Penyambung Asa

18 Desember 2018   15:04 Diperbarui: 19 Desember 2018   00:41 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudarsih, perempuan bersahaja yang peduli dengan pendidikan (foto: dok pri)

Gadaikan SK Pegawai
Sukses mengantarkan 20 orang mendapatkan ijasah setara SD, Sudarsih ketagihan. Pasalnya, upayanya menyambung asa para peserta yang putus sekolah, ternyata ada imbalannya. Ia mendapatkan honor (insentif) sebesar Rp 750.000.  "Saat ada tawaran lagi, saya pun menyambar tawaran program paket B hingga akhirnya sampai paket C," kata Sudarsih.

Sukses menjadi tutor kejar paket A,B dan C, tahun 2010, Sudarsih ditawari oleh Dinas Pendidikan untuk mendirikan PKBM. Tetapi, karena merasa belum mampu, ia menolaknya. Kendati begitu, dunia pendidikan terkait berbagai program pemerintah tetap diikuti sembari bekerja. Tak ada angin tidak ada hujan, tiba- tiba tanggal 4 Mei 2011, dirinya dipanggil ke Dinas Pendidikan. " Saya disodori Surat Keputusan berdirinya PKBM Mitra Harapan," jelasnya.

Kebun bibit milik PKBM Mitra Harapan (foto : dok pri)
Kebun bibit milik PKBM Mitra Harapan (foto : dok pri)
Tak pelak lagi, SK tentang berdirinya PKBM MItra Harapan dan penunjukan dirinya sebagai pengelola membuatnya blingsatan. Maklum, rumahnya belum memenuhi syarat dijadikan tempat pusat kegiatan ajar mengajar. Meski begitu, Sudarsih tetap menjalankan amanah pemerintah. " Peserta didik belajar lesehan, karena kami belum punya bangku," kata Sudarsih.

Memang,  di awal pendirian PKBM Mitra Harapan, Sudarsih lebih banyak nombok, sebab pemerintah hanya memberikan support sarana dan prasarana, sedangkan fasilitas gedung tidak ada dukungan pendanaan. Untungnya, tahun 2014, ia diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Tanpa menunggu lebih lama, SK pengangkatannya langsung diagunkan ke bank sebesar Rp 100 juta.

" Uang pinjaman itu saya manfaatkan untuk membangun rumah yang berfungsi menjadi ruangan kelas, ruang TU dan juga ruangan serba guna lainnya. Termasuk lantai keramik ini, semuanya merupakan uang hutangan," ucapnya sembari menunjuk lantai berwarna putih.

Perjuangannya dalam mengelola PKBM Mitra Harapan, belakangan mulai membuahkan hasil. Selain lembaga pendidikan yang dipimpinnya sudah menyandang akreditasi B, pemerintah juga mempercayakan bantuan sosial berupa ternak (Sapi) sebanyak 35 ekor. " Bantuan ternak itu sebesar Rp 350 juta, untuk pembuatan kandang permanen dan pembelian ternak. Sampai sekarang masih utuh," kata Sudarsih.

Peternakan sapi milik kelompok tani binaan PKBM (foto: dok pri)
Peternakan sapi milik kelompok tani binaan PKBM (foto: dok pri)
Sudarsih sendiri menyadari bahwa dusunnya cukup banyak duafa, untuk itu, ia membentuk Kelompok Belajar Usaha (KBU) yang melibatkan ibu- ibu dengan memproduksi beragam snack. Pemasaran hasil kreatifitas warga tersebut, mencapai Kota Salatiga dan sekitarnya. " Alhamdulillah, hasilnya lumayan dan mampu mendongkrak ekonomi warga," ujarnya saat mengakhiri perbincangan.

Itulah sedikit perjalanan Sudarsih, perempuan desa yang berupaya menjadi penyambung asa orang- orang yang putus sekolah. Kendati memiliki banyak keterbatasan materi, namun berkat kegigihannya dirinya mampu mengangkat derajat ribuan orang, khususnya di bidang pendidikan. Bagaimana pun juga, segala langkahnya layak diapresiasi. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun