Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rumah Sederhana untuk Nenek Lumpuh

3 Oktober 2018   14:08 Diperbarui: 3 Oktober 2018   18:59 3464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan di depan rumah yang baru dibangun (foto: dok pri)

Sebelumnya, dari pihak Kepala Desa Kauman Lor, Suharno yang diwakili oleh anaknya yang bernama  Indri sempat memprotes keberadaan mbah Yahmi. Menurutnya, di Dusun Getas, Desa Kauman Lor tempat ayahnya memimpin, tak tercatat warga yang memiliki nama Suyahmi dan tinggal di lingkungan RT 5 RW 2. Setelah dijelaskan, Indri meminta maaf serta menyatakan ayahnya bakal hadir di hari H.

Dipaksa Menangis

Hingga hari yang ditentukan, relawan sudah mengirim seluruh kebutuhan material. Dengan kekuatan sekitar 50 orang, dibantu warga setempat, pekerjaan bedah rumah langsung dikerjakan.

Ketika relawan pria meratakan bangunan papan, relawan wanita yang terdiri atas ibu- ibu langsung mengecat kalsibot sebagai bahan dinding. Mereka bahu membahu di tengah cuaca panas yang menyengat.

Begitu pun Bamset selaku penanggungjawab proyek akhirat ini, ia juga turun tangan memanggul kayu hingga mengaduk semen. Menurutnya, tak elok bila dirinya berdiam diri sementara puluhan relawan bermandi peluh.  " Posisi apa pun, di lapangan pangkatnya tetap sama, yakni relawan," kata Bamset.

Relawan wanita pun ikut naik ke atap (foto: dok pri)
Relawan wanita pun ikut naik ke atap (foto: dok pri)
Di tengah hiruk pikuk bedah rumah ini, ternyata Kepala Desa Kauman Lor Suharno mau pun Kepala Desa Popongan Muh Amin tidak terlihat sosoknya. Padahal, jauh hari mereka sudah mengetahui agendanya. Namun, memasuki hari H, kompak menghilang.

Butuh waktu 3 hari untuk menyelesaikan bedah rumah milik mbah Yahmi, hingga Selasa (2/10) sore, saat rumah mungil, sederhana namun hangat sudah berdiri, relawan menutup kegiatannya.

Selanjutnya, untuk pembuatan teras mau pun plester lantai diserahkan pada warga. Terkait hal tersebut, mereka harus berpamitan kepada mbah Yahmi.

Mbah Yahmi dengan para relawan wanita (foto: dok pri)
Mbah Yahmi dengan para relawan wanita (foto: dok pri)
Di sinilah momen mengharukan dimulai, di mana Bamset selaku penanggungjawab proyek akhirat tak mampu membendung air mata. Saat dirinya memeluk mbah Yahmi, spontan matanya sembab.

Hal ini tentunya memancing reaksi relawan lainnya untuk ikut menangis secara berjamaah. Bamset mengaku urat takutnya berhadapan dengan siapa pun sudah putus, namun, ketika menghadapi duafa renta, lumpuh dan tuli, ia tidak kuasa menahan haru.

Rumah mbah Yahmi usai dibedah tadi malam (foto: dok pri)
Rumah mbah Yahmi usai dibedah tadi malam (foto: dok pri)
Satu persatu relawan berpamitan, mbah Yahmi pun membaluri tubuh mereka dengan beragam doa. Tak henti- hentinya mulutnya berucap terima kasih, kendati telinganya tuli, namun mata hatinya mampu mendengar niat baik para relawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun